REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (4/6) pagi bergerak menguat sebesar 24 poin. Kurs rupiah menguat menjadi Rp 13.872 dibanding posisi sebelumnya Rp 13.896 per dolar AS.
"Pergerakan rupiah mampu kembali mengalami kenaikan seiring imbas penguatan euro setelah kisruh politik di Italia dinilai mulai mereda," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta.
Selain itu, penilaian positif dari lembaga keuangan asing bahwa penguatan dolar AS terhadap rupiah tidak akan berlangsung lama turut memberikan angin segar kepada rupiah. Sehingga, rupiah dapat memanfaatkannya untuk kembali bergerak positif.
Dalam suatu kesempatan, lanjut Reza, Morgan Stanley memberikan keyakinannya bahwa US Treasury 10 tahun sepertinya tidak akan bertahan di atas tiga persen dan akan turun ke 2,85 persen pada kuartal keempat 2018 dan ke 2,75 persen pada kuartal kedua 2019.
Seiring dengan hal tersebut, penguatan mata uang Amerika Serikat akan segera berakhir. Pergerakan rupiah yang cenderung menguat diharapkan dapat kembali terjadi seiring masih adanya sejumlah sentimen positif dari dalam negeri.
Namun demikian, adanya rilis pertumbuhan data ketenagakerjaan AS dan penurunan tingkat pengangguran AS diperkirakan dapat membuat laju dolar AS kembali menguat sehingga menahan potensi kenaikan lanjutan rupiah. Rupiah diestimasikan akan bergerak dengan kisaran support Rp 13.910 per dolar AS dan resisten Rp 13.820 per dolar AS.