REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Nasdem Martin Manurung menilai dukungan partainya terhadap pasangan calon di Pilkada 2018 mempengaruhi elektabilitas partainya. Salah satunya berkat ‘Gerakan Politik Tanpa Mahar’ yang dicetuskan Partai Nasdem.
"Kami bisa bilang kalau kami satu-satunya partai yang melakukan ini di saat partai-partai lain memasang mahar politik sangat tinggi," kata Martin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (9/6).
Hal itu terkait hasil survei Charta Politika terkait perolehan suara Partai Nasdem di empat wilayah di atas tiga persen, yaitu Banten 3,3 persen, Jabar 6,2 persen, Jawa Tengah 4,2 persen dan Jambi 5,1 persen. Padahal, menurut Martin, wilayah tersebut menjadi basis massa dari beragam partai yang sama sekali bertolak belakang.
Martin mengatakan, hasil survei Charta Politika tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Pulau Jawa mulai menerima gagasan partainya. Dia menjelaskan, partainya sebelumnya kuat di luar Pulau Jawa namun sekarang mulai ada peningkatan signifikan di Jawa.
"Kondisi ini salah satunya berkat gerakan Politik Tanpa Mahar yang terus kami gelorakan," ujarnya.
‘Gerakan Politik Tanpa Mahar’ itu, menurut dia, langsung terasa efeknya di tiga Pilkada yang diikuti Nasdem di Jabar, Jateng dan Jateng. Dia mengatakan, di Jabar, Nasdem mendukung calon gubernur, Ridwan Kamil, di Jateng bersama calon petahana Ganjar Pranowo.
Sedangkan di Jatim bersama Khofifah Indar Parawansa. "Hampir semua calon yang didukung Nasdem berada dalam level yang kompetitif. Bahkan memiliki elektabilitas tertinggi untuk Jabar dan Jateng," katanya.
Namun, dia menilai Nasdem harus lebih keras bekerja karena target mereka di Pulau Jawa adalah meraih di atas 10 persen.
Sebelumnya, survei Charta Politika menyebutkan ada empat wilayah di Pulau Jawa akan menjadi arena kunci bagi para kontestan Pemilihan Umum Legislatif Serentak 2019. Pergerakan partai-partai pada pemilihan gubernur menjadi salah satu momen politik yang bisa dimanfaatkan untuk mengerek elektabilitas partai.
Partai-partai besar yang punya basis massa tradisional di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, memang langsung menjadi pilihan utama para responden. Partai Gerindra yang menguasai Banten dengan 20,6 persen suara, PDI Perjuangan di Jawa Barat (22,1 persen) dan Jawa Tengah (38,3 persen), serta Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jatim (25,1 persen).
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai dinamika yang berbeda dihadapi partai-partai kecil. Mereka umumnya menghadapi disparitas suara yang sangat besar.
Misalnya, PKS di Jabar dan Banten relatif menjadi salah satu daerah utama mereka, yaitu 7,1 persen di Banten dan 8,2 persen di Jabar. Namun dibandingkan dengan Jatim, suara mereka di bawah 2 persen atau cuma 1,8 persen. Salah satu penyebabnya karena demografi politik di masing-masing provinsi sangat berbeda.
Namun, Partai Nasdem adalah perkecualian karena mereka menjadi satu-satunya partai dengan sebaran yang relatif merata di empat wilayah tersebut. Partai Nasdem di empat wilayah diatas tiga persen, yaitu Banten 3,3 persen, Jabar (6,2), Jawa Tengah (4,2) dan Jatim 5,1 persen.