Sabtu 16 Jun 2018 08:00 WIB

Sejak 2005, Sampah Domestik tak Henti Cemari Pantai Loji

Cemaran sampah terparah yang menimpa Pantai Loji, Sukabumi terjadi pada 2018.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Reiny Dwinanda
Tumpukan sampah di pesisir pantai. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Tumpukan sampah di pesisir pantai. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sampah terus menumpuk di Pantai Loji di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dalam beberapa hari terakhir. Tumpukan sampah ini berada di sepanjang 2,5 kilometer bibir pantai.

Ironisnya, kawasan ini menjadi salah satu bagian dari Geopark Ciletuh-Palabuhanratu yang baru saja diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization  (UNESCO).

"Sampah tersebut berasal dari aliran Sungai Cimandiri sepanjang 60 kilometer yang bermuara di Pantai Loji," ungkap Kepala Bidang Kebersihan, Dinas Perumahan, Pemukiman dan Kebersihan (Perkimsih) Kabupaten Sukabumi, Denis Eriska belum lama ini.

Menurut Denis, sampah tersebut dimungkinkan berasal dari warga Kota Sukabumi maupun Kabupaten Sukabumi. Aliran Sungai Cimandiri memang melintasi dua daerah yang berbatasan tersebut.

Baca juga: Kementerian LHK Risau dengan Kondisi Sampah Plastik di Laut

Denis mengungkapkan, tumpukan sampah di pinggiran pantai ini mencapai sekitar 5 cm. Jenis sampah yang paling banyak adalah limbah domestik, mulai dari sampah plastik, kain, hingga kasur. Selain itu, kayu dan ranting pun ikut terbawa hanyut oleh arus sungai.

Fenomena sampah yang mencemari Pantai Loji ini sebenarnya sudah terjadi sejak 2005 lalu. Namun, kondisi terparah terjadi pada 2018 ini. Tumpukan sampah cukup banyak dan hampir berada di sepanjang Pantai Loji.

Untuk membersihkannya, petugas telah mengerahkan alat berat. Sejumlah truk pengangkut sampah juga dikerahkan.

Dibutuhkan waktu sekitar dua pekan sejak Senin (4/6) untuk membersihkan pantai. Upaya pembersihan ini mendapatkan bantuan dari aparat kecamatan dan sejumlah elemen masyarakat lainnya.

"Semoga dalam rentang waktu itu sampah bisa terangkut semua dan dibawa ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS)," kata Denis.

Agar kejadian serupa tak terus berkelanjutan, Denis mengimbau warga untuk tidak membuang sampah ke aliran sungai. Ia mengatakan semua pihak terkait perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Bila kesadaran membuang sampah pada tempatnya meningkat maka masalah ini tidak akan terjadi," ujar Denis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement