Selasa 12 Jun 2018 20:30 WIB

Tanah Longsor Tewaskan 11 Pengungsi Rohingya

Sebagian besar korban terkubur di bawah lumpur

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Agung Sasongko
Pengungsi Rohingya
Foto: Youtube
Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Tanah longsor yang diakibatkan oleh hujan lebat telah menewaskan sedikitnya 11 pengungsi Rohingya di kamp pengungsian Bangladesh, pada Selasa (12/6). Sebagian besar korban terkubur di bawah lumpur ketika bukit-bukit di sekitarnya lonsor setelah banjir besar.

Badan-badan bantuan kemanusiaan telah memperingatkan potensi bencana dalam dalam beberapa bulan terakhir. Hujan lebat telah diperkirakan akan menerjang kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh yang merupakan kamp pengungsian terbesar di dunia.

"Sepuluh orang tewas di Naniarchar, termasuk satu keluarga yang beranggotakan empat orang, sementara beberapa orang masih hilang," kata administrator distrik, Mamunur Rashid, dikutip Arab News, Satu orang lainnya dilaporkan tewas di distrik Cox's Bazar.

Pada Senin (11/6), seorang anak pengungsi Rohingya ditemukan tewas setelah dinding lumpur runtuh di kamp pengungsi Kutupalong. Dengan demikian, tanah longsor sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 12 pengungsi.

Sekitar 200 ribu pengungsi Rohingya yang tinggal di perbukitan di sekitar kamp pengungsian menghadapi risiko kematian atau cedera akibat hujan lebat dan longsor. Banyak bukit di sekitar permukiman telah dibersihkan dari pohon untuk membangun tempat perlindungan, sehingga membuat tanah menjadi tidak stabil.

Setidaknya 300 tenda warga Rohingya rusak oleh hujan lebat yang dimulai Sabtu (9/6) malam. Hampir 29 ribu pengungsi telah dipindahkan ke lokasi baru menjelang musim hujan, tetapi risiko tetap tinggi.

Relokasi berlanjut. Tetapi masalahnya adalah di mana (kami) dapat menemukan tanah untuk memindahkan orang. Kami terus berusaha mencari tempat untuk dapat memindahkan keluarga pengungsi ke daerah yang lebih aman, kata juru bicara badan pengungsi PBB, Caroline Gluck.

Wilayah tersebut diperkirakan akan menerima curah hujan 2,5 meter selama musim muson. Angka ini kira-kira tiga kali lipat lebih tinggi dari curah hujan di Inggris dalam setahun.

Tahun lalu, musim hujan memicu tanah longsor di Cox's Bazar dan Chittagong yang menewaskan sedikitnya 170 orang. Ada juga kekhawatiran banjir bisa menyebarkan penyakit di kamp-kamp pengungsi.

Sekitar 700 ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri dari negara tetangga Myanmar sejak Agustus lalu. Mereka menghindari tindakan keras militer Myanmar yang menurut PBB merupakan aksi "pembersihan etnis."

Mereka bergabung dengan sekitar 300 ribu pengungsi Rohingya lainnya yang telah terlebih dahulu berada di Bangladesh. Di Myanmar, etnis Rohingya adalah minoritas yang teraniaya dan tidak memiliki kewarganegaraan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement