REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Harga jengkol di sejumlah pasar tradisional di Cianjur, Jawa Barat, melambung hingga Rp 60 ribu per kilogram akibat tingginya permintaan. Harga itu bahkan lebih mahal daripada harga daging ayam per kilogram yang mulai mengalami penurunan.
Harga daging ayam di pasar tradisional di Cianjur berangsur turun, meskipun harganya masih diangka Rp 46 ribu per kilogram. "Harga tersebut mulai mengalami penurunan sejak dua hari terakhir," kata Andri (35), pedagang ayam di Pasar Induk Pasirhayam kepada wartawan, Kamis (21/6).
Ia mengatakan, sejak dua hari terakhir harga daging ayam mengalami penurunan dibandingkan sehari sebelum dan dua hari setelah Lebaran Idul Fitri yang mencapai Rp 53 ribu per kilogram.
"Sudah mulai turun, meskipun masih mahal, Rp 46 ribu per kilogram. Sehingga, angka penjualan menurun tajam dibandingkan sebelum dan dua hari sesudah Lebaran," katanya.
Harga daging ayam seharusnya sudah turun di angka normal Rp 32 ribu sampai Rp 34 ribu per kilogram. Namun, hingga H+6 Lebaran, penurunan harga daging ayam sangat lambat.
"Harapan kami sama dengan pembeli, harga kembali normal agar penjualan meningkat. Hari ini penjualan minim, dari 50 kilogram stok yang ada baru terjual 20 kilogram," katanya.
Ia menyebutkan, kenaikan harga daging ayam tahun ini lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut karena harga daging di tingkat peternak dan distributor naik.
Sementara itu, harga jengkol di pasar tradisional mengalami kenaikan melebihi harga daging ayam yang mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Dadan (45), penjual sayuran, mengatakan, sebelumnya harga jengkol hanya Rp 28 ribu per kilogram.
Kenaikan tersebut terjadi karena permintaan jengkol meningkat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Sementara itu, stok terbatas karena belum masuknya masa panen.
"Sebelumnya hanya Rp 28 ribu, sekarang sudah Rp 60 ribu per kilogram untuk yang ukuran besar dan Rp 48 ribu per kilogram untuk jengkol berukuran kecil. Minimnya stok dan tingginya permintaan menyebabkan harga melambung," katanya.