REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Gempa yang terjadi di Laut Jawa sebelah utara Indramayu pada Sabtu (23/6) pukul 03.57 WIB termasuk gempa langka ‘deep focus’. Meski tidak menimbulkan dampak apapun, namun gempa dengan kekuatan 5,0 SR dan kedalaman 673 KM itu sangat menarik untuk dicermati dalam konteks ilmu kegempaan atau seismologi.
‘’Gempa bumi dalam dengan hiposenter melebihi 300 km di Laut Jawa merupakan fenomena langka yang menarik karena sangat jarang terjadi,’’ kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, sebagaimana dikutip dari Press Release BMKG, Sabtu (23/6).
Daryono mengungkapkan, secara tektonik, zona Laut Jawa terletak di zona tumbukan lempeng yang memiliki keunikan tersendiri. Pasalnya, di zona tersebut, Lempeng Indo-Australia menunjam dengan lereng yang menukik curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga di kedalaman sekitar 625 km.
Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, lanjut Daryono, maka gempa utara Indramayu itu terjadi karena dipengaruhi gaya tarikan slab lempeng ke arah bawah (slab-pull gravity). Karenanya, sudah sangat tepat jika hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa mekanisme sumber gempa tersebut berupa penyesaran turun (deep normal).
Daryono menambahkan, dalam peristiwa itu, gaya tarikan lempeng ke bawah (slabpull) tampak lebih dominan. Dominasi gaya tarik lempeng ke bawah itulah yang memicu terjadinya gempa "deep fokus" di Laut Jawa.
‘’Aktifnya ‘deep focus earthquake’ di Laut Jawa itu menjadi petunjuk bagi kita semua bahwa proses subduksi lempeng di zona subduksi dangkal, menengah, dan dalam Pulau Jawa khususnya Jawa Barat hingga kini masih sangat aktif,’’ kata Daryono.