REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai ada ketidakseimbangan keberadaan jumlah pengusaha Muslim dibandingkan penduduk Indonesia. Padahal, Indoenesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
"Semua mengetahui, ekonomi kita lebih banyak dikuasai oleh saudara-saudara kita, temen-temen kita Tionghoa dan sebagainya yang sebagian besarnya bukan muslim, sehingga tidak seimbang," kata Wapres JK saat memberi sambutan dalam acara Halal Bihalal dan Diskusi Pemuda Kebangkitan Ekonomi Islam di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar, Ahad (24/6).
Ketidakseimbangan ini kata JK, akan berbahaya karena tidak sesuai dengan sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karenanya, pada kesempatan itu, JK mendorong pembangunan ekonomi melalui masjid.
Menurutnya, dengan jumlah penduduk Muslim yang besar dan jumlah masjid yang lebih dari sejuta maka potensi pembangunan ekonomi terbuka lebar. Salah satunya, bagaimana menghubungkan kebutuhan untuk memajukan usaha dengan kehadiran masjid yang begitu banyak dan dikunjungi umat.
"Karena itu saya selalu katakan misi kita adalah memakmurkan masjid. Artinya dihadiri tempat ibadah dan sebagainya. Kedua, bagaimana masjid memakmurkan jamaahnya di mana pun dan kita bersyukur masjid kita makin banyak makin ramai," kata JK.
Menurutnya, saat ini kekurangan dalam bidang usaha bangsa harus diperbaiki segera, termasuk melalui masjid. JK mengungkap, masjid tak hanya sebagai sarana tempat ibadah, tetapi juga tempat untuk bicara ekonomi, pendidikan, dan politik.
Ia juga mengimbau agar hal ini dimulai oleh para generasi muda yang terus berkembang mengikuti teknologi.
"Justru anak anak muda yang mulai, luar biasa. Akan menjadi bagian dari kemajuan umat kita. Sekali lagi saya ingin ulangi, bahwa tidak ada bangsa dan umat yang maju tanpa ekonominya maju," ujar JK.