REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Salah satu sekolah elite di Sydney, Australia, St Andrew's Cathedral School, memperingatkan para orang tua murid agar tidak berlaku agresif dan kasar terhadap guru-guru dan staf. Hal itu hanya karena mereka telah membayar uang sekolah yang mahal.
Kepala Sekolah Dr John Collier dalam suratnya di buletin sekolah tersebut menyatakan sangat tidak senang dengan tingginya agitasi yang dilakukan segelintir orang tua murid. Dia juga mengaku harus berurusan dengan orang tua yang melakukan pelecehan dan ancaman secara fisik terhadap staf sekolah.
Sekolah elite yang terletak di pusat Kota Sydney itu mengenakan uang SPP 18.200 dolar (Rp 185 juta per tahun) untuk murid TK dan 31.300 dolar untuk siswa SMA Kelas 11 dan 12. Collier menyatakan karena tanggung jawabnya melindungi staf, jika diperlukan dia akan melarang mereka menerima telepon atau email dari orang tua yang banyak menuntut, yang bisa dilarang memasuki sekolah.
"Saya tahu ada orang tua karena telah membayar uang SPP, menganggap hubungan dengan guru sebagai hubungan majikan dan pelayan. Mereka merasa berhak mengajukan permintaan berlebihan," tulis Dr Collier.
Dia menambahkan bahwa hal itu sama sekali tidak dapat dibenarkan. Menurut dia, sebagai orang tua "kita cenderung bereaksi ketika melihat anak kita terancam" dan hal ini tampaknya menimbulkan tanggapan defensif.
Dia mencontohkan orangtua salah satu murid SMP bersikukuh bahwa 13 staf sekolah yang memeriksa putrinya karena pelanggaran, semuanya berbohong. Alasan orang tua tersebut, katanya, karena putrinya mengatakan dia tidak bersalah.
Orang tua murid, kata Dr Collier, perlu menahan diri untuk tidak berlebihan menanggapi suatu kejadian yang melibatkan anak mereka. "Ada orang tua murid SMP mengatakan karena hasil tes putrinya buruk, maka hidupnya sudah berakhir! Padahal tidak demikian," ujarnya.
Dr Collier menggarisbawahi uang SPP hanya sebagian kecil menutupi gaji guru. Karena itu, tidak cukup dilihat dalam kerangka "hubungan komersial" bagi ortu untuk mengatur bagaimana guru bertindak. "Saya menganggap hal ini bagian dari kemerosotan dalam masyarakat dan perlu dibicarakan," tulisnya.
Selama 28 tahun menjabat kepala sekolah, Dr Collier mengaku telah melihat meningkatnya kecemasan orang tua yang mungkin mencerminkan apa yang terjadi di masyarakat. Dia mengakhiri suratnya dengan meminta para orangtua untuk lebih tenang.
Dalam wawancara dengan ABC, Dr Collier mengklarifikasi bahwa hanya minoritas kecil ortu murid di St Andrews yang berperilaku kasar atau agresif terhadap para guru. Dia mengatakan para orang tua tersebut berinteraksi dengan guru-guru dan staf yang mereka anggap kurang otoritatif.
Dr Collier mengatakan menurunnya kesopanan sebagian didorong oleh perilaku politisi dan olahragawan yang semakin agresif dan kasar di ruang publik. "Perilaku seperti ini diarusutamakan dan dipandang normal, yang menurut saya tidak dapat diterima," katanya.
Perilaku seperti itu tentunya tidak terbatas pada sekolah swasta saja. Menurut Craig Petersen, wakil ketua Dewan Kepala Sekolah Menengah di New South Wales, dia juga melihat meningkatnya orang tua yang berperilaku agresif dan tidak masuk akal.
"Ada kesan bahwa kita sekolah negeri sehingga ini milik publik, dan saya ini warga masyarakat, karena itu saya ini bos Anda. Tentu saja ini sangat menyederhanakan persoalan," katanya.
Dia mengatakan sebagian besar ortu murid sangat mendukung tetapi sebagian seringkali melampiaskan kemarahan ke staf sekolah, guru-guru atau kepsek yang tidak terlibat langsung. Petersen melihat permasalahan itu mewakili perubahan nilai yang lebih luas. Orang semakin memprioritaskan hak-hak daripada tanggung jawab mereka. Menurut dia, semua permasalahan sekolah di mata orangtua dilihat sebagai pertaruhan yang telah melampuai batas-batas yang sehat.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.