REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau menjelaskan alasan di balik perubahan cuaca yang kerap terjadi di Sumatra Barat beberapa pekan belakangan. Beberapa hari ini, hujan kerap mengguyur dataran Sumatra Barat saat sore hari, padahal cuaca panas terjadi siang harinya. Kondisi tersebut diprediksi masih mungkin terjadi hingga tiga hari ke depan.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau Padang Pariaman, Yudha Nugraha, menjelaskan bahwa kondisi yang terjadi sepekan terakhir dipengaruhi oleh peningkatan suhu permukaan air laut di Samudra Hindia. Kenaikan suhu muka laut, katanya, menambah pasokan uap air di udara dan mendorong terjadinya perubahan cuaca dari panas ke hujan terutama di sore hari.
"Secara umum pada Juli cuaca Sumatera Barat didominasi berawan, namun karena peningkatan suhu, maka saat sore berpotensi terjadi hujan," kata Yudha, Senin (2/7).
Ia menjelaskan bahwa pasokan uap air merupakan bahan utama dalam pembentukan awan-awan hujan. Peningkatan suhu udara saat siang hari mendorong penguapan yang lebih tinggi dan menghasilkan uap air lebih banyak. Hasilnya, awan-awan hujan berpotensi terbentuk di sore hari. Ia mengatakan, kondisi cuaca akan relatif stabil setelah terjadi hujan sebagai proses untuk mengumpulkan uap air kembali hingga cukup menjadikannya hujan.
"Itulah sebabnya pada Juli ini kondisi cuaca Sumatra Barat yang dikategorikan berawan masih terdapat hujan," katanya.
BMKG memprediksi, potensi hujan ringan masih ditemukan hingga tiga hari ke depan terutama pada sore hari di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Pasaman Barat, Pasaman, Agam, dan Kota Pariaman. Sementara suhu udara di wilayah Sumbar selama tiga hari ke depan diprediksi di rentang 18-30 derajat celsius dan angin berembus dari barat daya ke timur laut dengan kecepatam 20 kilometer per jam.