REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pelaksana Tugas Manajemen Operasional Pura Besakih, I Wayan Ngawit mengatakan pura suci umat Hindu Bali yang terletak di Rendang, Kabupaten Karangasem itu tetap buka. Erupsi Gunung Agung yang berlangsung beberapa hari belakangan sama sekali tidak berdampak pada aktivitas pengunjung dan masyarakat sekitarnya.
"Ini karena asap embusan erupsi mengarah ke barat, sehingga tak berpengaruh terhadap aktivitas di Pura Besakih," kata Wayan Ngawit di Denpasar, Rabu (4/7).
Masyarakat yang melaksanakan upacara keagamaan tetap bisa bersembahyang. Namun demikian, Wayan Ngawit mengakui kunjungan wisatawan turun hingga 50 persen.
Hanya penduduk dua desa di Besakih yang mengungsi, sementara sisanya tetap bertahan di desa masing-masing. Kedua desa itu adalah Desa Temukus yang berjarak 3,5 kilometer (km) dari kawah puncak, dan Desa Kesimpar yang berjarak empat km. Alasan penduduk mengungsi sebab akses menuju desa tersebut harus melewati sungai lokasi aliran lahar hujan dari puncak Gunung Agung.
Baca juga, Gunung Agung Semburkan Awan Panas 2,5 KM
"Masyarakat takut jika terjadi hujan dan sungai meluap, desa mereka akan terisolasi dan sulit mendapat bantuan," katanya.
Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta yang juga Ketua Badan Pengelola Kawasan Besakih emngatakan Pura Besakih sangat penting bagi kehidupan masyarakat Hindu Bali. Itu sebabnya kegiatan di pura ini terus berlangsung setiap hari. Wisatawan pun masih terus berkunjung, meski jumlahnya sedikit.
"Oleh sebabnya manajemen terus berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)," kata Sudikerta.
Sudikerta berharap kondisi Gunung Agung tetap stabil dan aman terkendali. Dampak dan isu Gunung Agung diakuinya tidak hanya berupa fisik, namun juga kehidupan sosial ekonomi, khususnya pariwisata di Bali.