REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Oposisi Suriah menggatakan, kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan dengan Rusia di deraa dan Quneitra, Suriah selatan telah gagal. Hal tersebut diungkapkan Komisi Negosiasi Suriah (SNC).
SNC mengatakan, tidak tercapainya kesepakatan gencatan senjata lantaran Rusia menolak untuk memuat pasukan pemerintah yang didukung militan Iran berhenti merebut sejumlah kawasan. Menurut SNC, direbutnya kawasan-kawasan tertentu mempersulit warga yang kehilangan tempat tinggal untuk melintas.
Permintaan dilakukan menyusul serangan udara yang dilakukan militer Rusia di barat daya Suriah untuk kali pertama dalam empat hari terakhir. Serangan itu menyasar kota-kota yang dikuasisi oposisi seperti tafas dan Saida.
"Oposisi telah sepakat dan naik ke meja perundingan serta menanggapi daftar tuntutan Rusia," kata Juru Bicara Ibrahim al Jabawi seperti diwartakan Aljazirah, Kamis (5/7).
Dia mengatakan, tuntutan yang dimninta termasuk menyerahkan senjata dan menyelesaikan status pemberontak dalam sebuah kesepakatan guna mengakhiri pertempuran. Meski demikian, oposisi menolak permintaan tersebut dan menilai permintaan itu merupakan syarat menyerah yang sangat memalukan.
Meski demikian, oposisi pemerintah Suriah tampaknya mulai terpecah mengingat sebagian dari mereka ingin melanjutkan pertempuran. Kelompok suara itu lantas menuding beberapa petinggi oposisi telah mencapai kesepakatan tertentu dengan Rusia.