REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan kenaikan harga telur di beberapa wilayah Indonesia pada beberapa waktu terakhir disebabkan oleh melonjaknya harga pakan ayam petelur.
Kenaikan harga pakan dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengingat sebagian bahannya dari impor. "Harga pakan ternaknya naik, kemudian harga DOC (Day Old Chicken/Anak Ayam) juga naik," kata Enggar di Kemenko Perekonomian di Jakarta, Rabu.
Mendag mengatakan, Kemendag sudah berkomunikasi dengan pelaku industri dan perkumpulan pedagang telur untuk memetakan masalah kenaikan harga produksi tersebut. "Nanti akan terus kami intensifkan, berapa sih marginnya yang tertekan," ujar dia.
Petugas dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan inspeksi mendadak ketersediaan telur ayam di pasar Pahing, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (10/7). Sepekan terakhir harga telur ayam terus mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp21.000 menjadi Rp26.000 per kilogram karena pasokan telur menurun hingga 30 persen akibat cuaca buruk.
Harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional, termasuk DKI Jakarta meningkat hingga menjadi Rp 30 ribu per kilogram, seperti yang terjadi di Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Salah satu pedagang telur di Palmerah, Rizal, mengatakan lonjakan harga mulai terjadi setelah Lebaran 2018.
Baca juga, Harga Telur di Purwakarta Tembus Rp 30 Ribu per Kilogram.
Saat Lebaran, kata Rizal, harga telur masih Rp24 ribu per kilogram. Kemudian secara berangsur-angsur, harga telur naik menjadi Rp26 ribu per kilogram kemudian Rp30 ribu per kilogram
Merujuk pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga telur ayam secara rata-rata di DKI Jakarta sudah mencapai Rp28.650 per kilogram. Harga telur ayam tertinggi terjadi di wliayah timur Indonesia, seperti di Maluku Utara yang mencapai Rp37.850 per kilogram, dan Papua yang sebesar Rp35.500 per kilogram
Sementara itu, Peternak membantah adanya serangan virus H9N2 kepada ayam yang berpoetensi menurunkan produktivitas ayam petelur. "Enggak, ayam kita sudah bagus," kata Ketua Gabungan Organisasi Peternak Nasional (Gopan) Harri Dermawan, Selasa (10/7).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, virus H9N2 bukanlah virus highly pathogenic Avian Influenza, meski mampu menurunkan produksi telur hingga 70 persen.
Untuk itu, kata dia, manajemen kandang menjadi hal penting terutama untuk biosecurity serta biosafety-nya "Tetap dijaga dengan baik. Diikuti, minum dan pakan ternak yang berkualitas baik," kata dia saat dihubungi Republika.co.id.
Saat ini belum ada laporan adanya ternak yang terserang virus H9N2. "Saya kira semua perlu diinvestigasi dan Direktur Kesehatan Hewan telah saya perintahkan untuk melakukan monitoring dan surveilans penyakit secara terstruktur," ujarnya.