REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan, Maruarar Sirait menyampaikan bahwa pembicaraan mengenai bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo sudah di level ketua umum, Megawati Soekarnoputri. Menurutnya tidak ada urgensinya untuk buru-buru mengumumkan nama cawapres.
"Sekarang levelnya sudah di Mbak Mega. Beliau sebagai politikus senior sudah banyak makan asam garam puluhan tahun memimpin partai pasti sangat bijak dalam memutuskan. Pada 2014 silam beliau memutuskan mengusung mas Jokowi dengan mata hatinya, beliau betul-betul menghargai suara rakyat," ujar Ara saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (11/7).
Pria yang menjabata sebagai Ketua Umum Taruna Merah Putih (TMP) itu menyatakan bahwa yang diperlukan oleh Joko Widodo adalah cawapres berkualitas. Sebab, kata Ara, dari nama-nama cawapres yang beredar tidak ada yang bisa menambah suara. Menurutnya berkualitas adalah bisa saling percaya, saling mendukung dan bisa bekerjasama. "Kita tahu problemnya, politik identitas, SARA yang mewarnai politik Indonesia. Jadi cawapresnya sosok yang betul-betul mengatasi itu," tegas Ara
Kemudian, sosok itu juga harus mengerti hukum. Sebab indeks hukum di Indonesia harus semakin meningkat. Terus, ia juga harus bisa mengatasi persoalan ekonomi, mulai dari harga sembako, soal daya beli, soal kesenjangan. Artinya, menurut Ara, cawapres nanti memiliki kualitas yang dapat mengatasi persoalan-persoalan tersebut. "Tidak kalah pentingnya, cawapresnya harus bisa saling bersinergi dan kerjasama," tuturnya.
Terkait nama Mahfud MD yang digadang-gadang sebagai kandidat cawapres dari non partai, Ara mengatakan, itu sah-sah saja sebagai dinamika politik. Bagi dirinya, nama-nama yang beredar baik dari partai maupun non partai memiliki kelebihan masing-masing. Sambungnya, yang terpenting saat ini adalah menjaga semua partai pendukung agar merasa dihargai. "Nanti pada waktunyalah, mas Jokowi saja tenang, nanti juga diumumkan menjelang tanggal 9 atau 10 Agustus," ungkapnya.
Lanjut Ara, sampai detik ini Joko Widodo sebagai bakal calon presiden (capres) mampu menjaga hubungannya dengan partai-partai pendukung, relawan tetap solid. Ara menambahkan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mampu berkomunikasi secara baik dengan ketua umum partai-partai pendukung, misalnya dengan Megawati Soekarnoputri, dan juga Airlangga Hartarto.
Tidak hanya itu, Joko Widodo juga mendengarkan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat. Kemudian, secara administratif sudah jauh melampaui 20 persen, dan di survei juga paling tinggi. "Partai-partai pendukung juga elektabilitas terbongkrak. Sehingga mas Jokowi bisa tenang, berpikir, dan memutuskan dengan tenang tanpa tekanan. Bijak dan memperhatikan semuanya (partai pendukung)," tutupnya.
Joko Widodo sendiri sebagai capres, yang didukung koalisi PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura, Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kemungkinan besar mereka diperkirakan akan menghadapi kubu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Bahkan dikabarkan juga pada Pilpres 2019 bisa memunculkan tiga pasang calon.