Kamis 12 Jul 2018 15:48 WIB

Jerman: Kami Bukan Tawanan Rusia dan AS

Trump menyebut hubungan antara Jerman dan Rusia tidak pantas

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bilal Ramadhan
Menlu Jerman, Heiko Maas
Foto: Reuters/Thomas Peter
Menlu Jerman, Heiko Maas

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengecam kritik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ketika menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels, Belgia, Rabu (11/7). Trump menyebut Jerman telah dikontrol Rusia.

Merespons pernyataan Trump, Maas menegaskan Jerman tidak pernah dikontrol atau ditawan oleh negara mana pun. "Kami bukan tawanan, baik dari Rusia maupun AS. Kami adalah salah satu penjamin dunia yang bebas dan akan tetap seperti itu," ujar Maas melalui akun Twitter pribadinya.

Saat menghadiri KTT NATO, Trump menyebut hubungan antara Jerman dan Rusia tidak pantas. Secara khusus ia menyoroti tentang kesepakatan kerja sama dalam bidang energi yang terjalin antara kedua negara.

"Saya harus mengatakan, saya pikir itu sangat menyedihkan ketika Jerman membuat kesepakatan minyak dan gas besar-besaran dengan Rusia, di mana kita seharusnya berhati-hati terhadap Rusia," kata Trump.

"Kami melindungi Jerman, Prancis, kami melindungi semua negara ini dan kemudian banyak negara keluar lalu membuat kesepakatan pipa kilang minyak dengan Rusia di mana mereka membayar miliaran dolar ke pundi-pundi Rusia. Saya pikir itu sangat tidak pantas," ujar Trump menambahkan.

Trump berpendapat seharusnya hal itu tak terjadi. "Jerman sepenuhnya dikendalikan Rusia karena mereka akan mendapatkan 60-70 persen energinya dari Rusia dan pipa kilang minyak baru," katanya.

Selain itu, ia pun mengkritik politisi Jerman yang tak lagi mengisi jabatan publik dan bekerja untuk perusahaan-perusahaan energi Rusia. "Jerman, sejauh yang saya ketahui, tertawan ke Rusia," ucap Trump.

Trump mendesak NATO untuk melakukan penyelidikan terhadap hal ini. Adapun pipa kilang minyak yang disinggung Trump diyakini mengacu pada jalur pipa Nord Stream 2.

Pipa bawah laut itu akan membentang dari Rusia ke pantai Baltik timur laut Jerman, melewati negara-negara Eropa timur seperti Polandia dan Ukraina. Pipa Nord Stream 2 sekaligus akan menggandakan pasokan gas Rusia ke Jerman.

Selain AS, beberapa anggota Uni Eropa lainnya juga telah memperingatkan bahwa jalur pipa tersebut sangat berpotensi memberi Moskow pengaruh yang lebih besar atas Eropa Barat. Sementara itu Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menganggap tak ada yang salah dengan kerja sama energi antara Jerman dan Rusia.

"Bahkan selama Perang Dingin, sekutu NATO melakukan perdagangan dengan Rusia," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement