REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama, Khoiruddin menegaskan tidak ada masjid radikal, khususnya di Jakarta. Dia pun meragukan data survei yang belum lama ini menyebut ada 41 masjid pemerintahan yang terindikasi radikal.
"Sudah disampaikan sebenarnya tidak ada masjid radikal karena itu benda mati. Nah ini perlu data khusus sebenarnya, kami dari Kemenag meragukan adanya data itu tentang maajis radikal," ujar Khoiruddin saat berbincang dengan Republika.co.id di Jakarta belum ini.
Menurut dia, ketika ceramah seorang mubaligh atau khatib mengandung ujaran kebencian terhadap kelompok tertentu bukan berarti masjidnya yang radikal. Karena itu, kata dia, survei terdebut masih memerlukan data kuat.
Baca: Kemenag Minta Data Masjid yang Disebut Terindikasi Radikal
Kendati demikian, Khoiruddin mengakui memang masih ada mubaligh yang dalam ceramahnya menyampaikan ujaran kebencian atau menjelekkan golongan lainnya. Walaupun, hal itu juga masih dalam batas toleransi. "Kita memang sudah melakukan pertemuan-pertemuan pengurus masjid di Jakarta ini. Tapi hasil dari pertemuan kita, mereka memang mengakui ada penceramah yang terkadang dalam cermahnya itu memberikan ujaran kebencian, tapi itu masih dalam tataran tidak berbahaya. Masih dalam batas toleransi," ucapnya.
Menurut Khiiruddin, model ceramah seperti itulah yang harus diperbaiki bersama, sehingga toleransi antar umat beragama di Indonesia tetap terjaga. "Ini yang harus kita perbaiki bersama bahwa pemahaman ini harus untuk menjalin sama-sama kasih sayang terhadap orang yang berbeda dalam pemikiran dan pendapatnya," kata Khoiruddin.