Senin 16 Jul 2018 18:06 WIB

Ekonom: Warga Miskin Turun karena Bansos dan Sedang Panen

Penurunan ketimpangan ekonomi dinilai semu.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Republika
Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, penurunan kemiskinan di Indonesia  akibat sejumlah program bantuan sosial (bansos) pemerintah. Untuk diketahui, tingkat kemiskinan Indonesia turun menjadi 9,82 persen atau sebanyak 25,95 juta orang pada Maret 2018.

"Selain karena bansos dan rastra (beras sejahtera) yang jumlahnya memang naik signifikan, faktor lainnya juga berkaitan dengan survei BPS yang dilakukan saat masa panen raya sehingga jumlah penduduk miskinnya turun. Jadi yang menurunkan kemiskinan lebih ke program konsumtif bukan program produktif," kata Bhima ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (16/7).

Ia mengatakan, sebanyak 60 persen penduduk miskin bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, faktor panen raya berpengaruh pada kenaikan pendapatan dan menurunkan tingkat kemiskinan. Menurutnya, hasil dari program pemerintah lain seperti pembangunan infrastruktur belum dirasakan dalam jangka pendek.

Menurutnya, diperlukan jeda waktu hingga lima tahun untuk bisa menikmati dampak pembangunan infrastruktur. Ia juga mencermati, serapan tenaga kerja dari proyek infrastruktur justru berkurang 230 ribu orang pada 2016.

Teknologi yang semakin modern membuat proyek tidak lagi membutuhkan banyak orang. Program dana desa, kata Bhima, juga belum berpengaruh terutama karena pencairan hingga tingkat desa masih terlambat.  "Dana desa juga masih sedikit yang bergerak di program usaha jangka panjang seperti Bumdes," katanya.

Sementara, menurut Bhima, rasio gini yang turun menjadi 0,389 pada Maret 2018, didorong oleh penurunan porsi pengeluaran kelompok penduduk 20 persen teratas dari 46,4 persen ke 46,09 persen.  "Ini diduga orang kaya Indonesia menahan belanjanya karena khawatir akan ketidakpastian kondisi makroekonomi," ujarnya.

Adapun, porsi kelompok 40 persen pengeluaran terbawah naik dari 17,12 persen ke 17,29 persen dalam satu tahun terakhir. Pengeluaran kelas bawah didorong bansos dan rastra yang jumlahnya naik signifikan. "Artinya ketimpangan yang seolah-olah turun sebenarnya semu," kata Bhima.

Baca juga, Tingkat Kemiskinan di Indonesia Turun ke Level Satu Digit.

Tingkat kemiskinan Indonesia berhasil mencapai 9,82 persen pada Maret 2018 atau turun 0,3 persen poin dari 10,12 persen pada September 2017. Tingkat kemiskinan juga turun jika dibandingkan dengan Maret 2017 yang sebesar 10,64 persen.

"Jumlah penduduk miskin pada Maret 2018 sebesar 25,95 juta orang. Turun 0,63 juta orang dibandingkan September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Jakarta, Senin (16/7).

Meski terjadi penurunan kemiskinan, Suhariyanto menyebut disparitas kemiskinan perkotaan dan perdesaan masih tinggi. Ia menjelaskan, tingkat kemiskinan di kota adalah 7,02 persen pada Maret 2018.  Sementara, di desa adalah 13,2 persen pada Maret 2018. Sejumlah faktor mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia sejak September 2017 hingga Maret 2018.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement