REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kerusuhan berujung perusakan terjadi di kantor Panwaslih Tapanuli Utara (Taput), Sumut, Senin (16/17). Massa bahkan melempari kantor dengan bom molotov dan batu.
Kejadian ini berawal dari aksi unjuk rasa yang digelar di depan kantor Panwaslih Taput di Tarutung. Ratusan massa memprotes penanganan dugaan kecurangan pada pelaksanaan Pilkada Taput lalu oleh Panwaslih.
Dalam aksinya, massa membawa peti mati dan membakar ban di tengah jalan. Mereka juga memblokir jalan lintas Sumatera (jalinsum) Sipoholon–Tarutung. Jalan tersebut dilaporkan lumpuh total sejak pukul 10.00 hingga pukul 18.00 WIB karena dikuasai para pendemo.
Tak berhenti di sana, para pengunjuk rasa pun melempari kantor Panwaslih Taput dengan batu dan bom molotov. Akibatnya, banyak kerusakan terjadi, seperti kaca jendela pecah dan dinding bagian atas jebol. Satu personel kepolisian ikut menjadi korban aksi anarkistis ini. Polisi tersebut terluka di bagian kepala akibat terkena lemparan batu.
"Yang luka itu polisi yang melakukan penjagaan melekat ke Ketua Panwaslih Taput. Kami belum menghitung kerugian akibat kejadian ini," kata Ketua Bawaslu Sumut, Syafrida R Rasahan, Selasa (17/7).
Syafrida mengatakan, para pengunjuk rasa itu merupakan massa yang tidak puas atas penanganan kasus dugaan kecurangan dalam Pilkada Taput. Ada empat kasus yang dilaporkan berkaitan dengan dugaan kecurangan oleh pasangan petahana, Nikson Nababan-Sarlandy Hutabarat. Namun, kasus itu sudah dinaikkan ke Bawaslu Sumut dan tidak lagi ditangani Panwaslih.
"Kami sudah bahas di pleno. Itu tidak dilanjutkan karena unsur pidananya belum terpenuhi, sehingga itu kami hentikan. Jadi (kericuhan) ini diduga karena itu. Mereka menuntut itu, makanya semalam mereka bawa peti mati sebagai protes," ujar Syafrida.
Kini, polisi menyatakan situasi di Taput sudah kondusif. Sejumlah orang yang diduga terlibat aksi itu telah diamankan.
"Aman dan kondusif. Ada 17 (orang yang diamankan) dan ditangani Polda Sumut," kata Kapolres Taput AKBP Horas Marasi Silaen.
Sebelumnya, kerusuhan juga terjadi pasca Pilkada, Rabu (27/6) lalu. Saat itu, massa berunjuk rasa dan sempat masuk ke kantor KPU Taput serta merusak alat scan sistem hitung cepat milik KPU. Selain dugaan pelanggaran, kericuhan ini juga dipicu adanya formulir C1 berhologram yang tidak dimasukkan ke kotak suara di kecamatan Siborong-borong.
Pilkada Taput diikuti tiga pasangan calon. Ketiga paslon, yakni Nikson Nababan-Sarlandy Hutabarat (petahana), Jonius TP Hutabarat-Frengky P Simanjuntak dan Chrismanto Lumbantobing-Hotman P Hutasoit.