REPUBLIKA.CO.ID, Teknologi surjan yang berasal dari kearifan lokal masyarakat Banjar terbukti dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan petani di lahan rawa. Karena itu, teknologi surjan akan disebarkan oleh pemerintah yang tengah berupaya memanfaatkan lahan rawa untuk menopang kedaulatan pangan.
“Dengan sistem surjan, kita bisa tanam buah dan sayuran di lahan rawa,” kata Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Profesor Dedi Nursyamsi.
Sistem surjan merupakan penataan lahan yang memadukan sistem basah dan kering secara berdampingan. Teknologi ini merupakan kearifan lokal masyarakat rawa, seperti Suku Banjar, Suku bugis, dan Suku Makassar yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Para petani transmigran dari Pulau Jawa yang melihat sistem tanam tersebut menamai cara bercocok taman ini dengan sebutan surjan. “Mirip dengan pola lurik pada baju surjan yang bergaris-garis, sehingga disebut surjan,” kata Dedi.
Dia menjelaskan, dengan pola tanam surjan, lahan terlihat bergaris-garis karena petani memperluas lahan pematang yang menjadi daratan. Adapun lahan di bawahnya yang lebih rendah dijadikan sawah. “Di atas lahan surjan petani bisa tanam jeruk dan sayuran. Di bawahnya, padi,” kata Dedi.