REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencibir pihak-pihak yang mengkritik sikap dan pernyataannya ketika bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia, Senin lalu. Trump menyebut mereka hipokrit.
Trump mengklaim dirinya telah menjadi korban pemberitaan palsu. "Saya mendapat kritik keras oleh media berita palsu karena terlalu baik kepada Presiden Putin," katanya pada Jumat (20/7), seperti dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Padahal menurutnya, tidak ada yang salah dengan sikapnya terhadap Putin. Trump mengatakan di kemudian hari para pengkritiknya akan menyadari bahwa apa yang dilakukannya ketika bertemu Putin merupakan sebuah diplomasi.
Trump mengaku tidak ingin bersikap terlalu keras terhadap Putin. Kalaupun ia bersikap demikian, menurutnya, hujan kritik akan tetap diterimanya. "Ingat ketika mereka mengatakan saya terlalu keras terhadap pemimpin (Korut) Kim (Jong-un)? Hipokrit!" ujarnya.
Pertemuan Putin dan Trump di Helsinki merupakan pertemuan bilateral perdana. Trump lebih banyak disorot, bahkan dikritik oleh sejumlah politisi AS, karena dianggap melunak di hadapan Putin. Hal ini karena Trump dianggap sangat sedikit menyinggung isu yang menyudutkan Rusia, seperti kasus dugaan intervensi Rusia dalam pilpres AS tahun 2016.
Ketika di Helsinki, Trump sempat mengatakan tidak ada alasan bagi Rusia untuk mengintervensi pilpres AS. Setelah pernyataannya dikritik sejumlah politisi AS karena dianggap tak mendukung hasil penilaian intelijen AS, Trump segera merevisinya.
Trump mengklaim sebenarnya dirinya ingin menyatakan tidak ada alasan bagi Rusia untuk tidak mengintervensi pilpres AS. Hal tersebut tak ayal membuat Trump tampak tak berpendirian. Kendati demikian, ia meyakini intervensi dalam pilpres tidak mempengaruhi kemenangannya atas Hillary Clinton.