REPUBLIKA.CO.ID, Dua gedung asrama putra dan putri atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Lampung berdiri bersebelahan di Komplek Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Wayhalim Bandar Lampung. Meski terkesan megah, gedung tersebut tampak sepi dan senyap, seperti tak berpenghuni.
Saat Republika.co.id berkunjung di asrama atlet pelajar tersebut kondisi pagar tertutup rapat. Pintu masuk asrama sudah digembok rantai dan pos pengamanan bermerek “Tamu Harap Lapor 1x24 jam” kotor dan gelap, juga kosong petugas.
Berdasarkan pengamatan Republika.co.id, Sabtu (28/7) siang, gedung atlet PPLP sepertinya baru dicat atau direnovasi. Saat melihat ke dalam asrama dari kaca, ternyata masih terlihat ember dan baskom untuk penampung air bocor dari plafon. Sedangkan, ruangan depannya tak ada kursi tamu dan terkesan perabotan berantakan.
Sekilas asrama tersebut tidak ada penghuninya, karena tidak ada jemuran baju-baju atlet di luar atau di belakang asrama. Sementara di bagian depan, asrama atlet yang berada di belakang komplek PKOR Wayhalim tersebut juga terkesan rawan bila malam hari karena masih terdapat hutan dan tanaman liar.
Asrama Atlet
"Bapak lebih baik ke dinas saja, di sana lebih lengkap penjelasannya," kata Edi, lelaki ‘penguasa’ asrama tersebut.
Edi merasa tidak nyaman tatkala ada wartawan berkunjung ke asrama atlet tersebut. Setelah dijelaskan maksud dan kedatangan ke asrama tersebut, Edi juga tidak mau menjawab pertanyaan Republika.co.id terkait dengan kondisi asrama dan atlet di gedung PPLP tersebut.
Saat ditanya ada atlet yang menginap di asrama? Edi menjawab ada tapi tidak mau menjelaskan berada jumlahnya. Padahal, kesan senyap, sepi, dan tidak ada penghuni asrama terlihat dari luar. Untuk mengorek informasi di asrama tersebut semakin sulit, karena Edi selalu menjawab tanya ke Dispora Lampung.
Setelah bertahan beberapa menit, seorang atlet baru pulang ke asrama dari latihan di PKOR. Defri Anom, namanya. Pelajar SMA Negeri 5 berusia 17 tahun tersebut menggeluti cabang olahraga atletik lompat jauh. Ia salah satu atlet pelajar penghuni asrama PPLP Lampung. "Saya sudah di sini (asrama) sejak SMP sampai sekarang ini," kata Defri kepada Republika.co.id.
Asrama Atlet PPLP
Atlet lompat jauh asal Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara tersebut mengaku, selama berada di asrama atlet PPLP lancar-lancar dan aman-aman saja. Mengenai konsumsi atau makanan atlet, ia menyatakan enak dan bergizi. “Kalau makanan ada terus, tak pernah setop,” ujar putra pasangan Edi Proyo dan Wiwik Susiati.
Menurut atlet pemegang juara O2SN di Makassar tingkat PPLP SMP tahun 2014 tersebut, makanan atlet hendaknya terus ditingkat menunya dan tidak telat, karena menyangkut asupan gizi atlet untuk berlatih setiap hari. Selain itu, fasilitas yang ada di asrama juga diminta ditambah dan diperbaiki, agar atlet nyaman dan betah di asrama, dan tidak ingin pulang ke rumah.
“Ya ditingkatkanlah fasilitas dan kenyamanannya,” kata Defri yang meraih juara 5 pada ajang kejuaraan lompat jauh tingkat PPLP nasional. Saat itu, ia hanya mampu meraih jangkauan lompat jauh 6,60 meter, sedangkan lawannya mencapai 7,60 meter.
Menurut Defri, ia termotivasi dengan hadirnya juara dunia U-20 lari 100 meter, atlet asal PPLP Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Zohri, beberapa waktu lalu. “Saya ingin berlatih terus biar bisa juara dan berprestasi nasional dan dunia,” tuturnya.
Di asrama, atlet putra hanya tinggal beberapa orang saja. Sedangkan, di asrama atlet putri sudah tidak ada penghuninya. “Kalau atlet perempuan sudah pada pulang. Katanya, liburan,” ujar Defri, juga dibenarkan Edi.
Kesan tidak layak huni asrama atlet PPLP setahun lalu, memang sudah berubah sekarang. Berbagai renovasi terus dilakukan, tapi plafon yang bocor dan berlumut masih juga terlihat sampai sekarang. Juga kesan tidak nyaman menetap di asrama bagi atlet karena kurangnya fasilitas sarana dan prasarana di asrama. Tak aneh jika atlet sering pulang ke rumah.