Ahad 29 Jul 2018 12:38 WIB

104 Gempa Susulan Terjadi di Lombok

Masyarakat diminta tetap waspada dan jangan panik.

Seorang perempuan mengendong anaknya di tenda perawatan pascagempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB. Gempa bumi 6,4 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Ahad (29/7).
Foto: Antara
Seorang perempuan mengendong anaknya di tenda perawatan pascagempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB. Gempa bumi 6,4 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Ahad (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat Lombok waspada terhadap ancaman gempa susulan. Gempa lanjutan terjadi meskipun dengan intensitas dan magnitude yang kecil.

"Hingga pukul 10.31 WIB telah terjadi 79 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada, namun tetap tenang dan jangan panik," kata Dwikorita di Jakarta, Ahad (29/7). Dikutip dari akun Twitter resmi BMKG hingga pukul 12.00 telah terjadi 104 gempa susulan.

Ia juga meminta masyarakat untuk tidak mempercayai berita bohong yang menyebar pascagempa. Hingga saat ini, kata dia, BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.

"Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoaks, BMKG melalui akun Twitter @InfoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gempa," tambah dia.

Seperti diketahui, gempa bumi tektonik mengguncang Lombok, Bali dan Sumbawa, Ahad (29/7), dengan kekuatan 6,4 SR. Gempa yang terjadi sekitar pukul 05.47 WIB tersebut terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.

Hasil analisis BMKG bahwa gempa bumi yang terjadi di Lombok merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Gempa bumi dipicu deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault). "Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," tandas Dwikorita.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement