Selasa 31 Jul 2018 20:04 WIB

Kisah Pilu Puluhan Anak Panti Diperkosa di India

Jumlah kasus pemerkosaan di India meningkat.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Aksi unjuk rasa terhadap maraknya aksi pemerkosaan di India
Foto: wonderslist.com
Aksi unjuk rasa terhadap maraknya aksi pemerkosaan di India

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sebanyak 34 anak perempuan yang berada di sebuah panti sosial di India menjadi korban pemerkosaan. Di antara para korban ada yang berusia tujuh tahun dan korban tertua berusia 18 tahun.

Dilansir Aljazirah, Selasa (31/7) mereka diperkosa di tempat penampungan anak-anak di Bihar, India. Kasus tersebut telah menyebabkan kemarahan nasional atas pengelolaan panti.

Sebanyak 44 anak tinggal di Seva Sankalp Samiti, sebuah rumah untuk para gadis yang melarikan diri dari keluarga mereka atau diselamatkan dari stasiun kereta api dan jalan-jalan.

Setidaknya 10 orang telah ditangkap sejauh ini, termasuk kepala panti, Brajesh Thakur. Namun ia menyangkal telah melakukan tindakan pemerkosaan. Menurut keterangan polisi, salah satu terdakwa telah melarikan diri.

Kesaksian para gadis itu pertama kali disampaikan pada 27 Juli di pengadilan khusus untuk kasus-kasus yang berkaitan dengan Perlindungan Anak-anak India dari Pelanggaran Seksual (POCSO). Undang-undang POCSO diubah pada April untuk memperkenalkan hukuman mati bagi pelaku pemerkosaan anak-anak di bawah 12 tahun.

Pelecehan di Seva Sankalp Samiti terungkap setelah sebuah laporan yang ditugaskan pemerintah pada April ke LSM 110 Bihar dari Tata Institute of Social Sciences. Laporan itu menemukan contoh kekerasan yang mengerikan di penampungan dan merekomendasikan penyelidikan segera.

Pengakuan para korban kepada polisi menggambarkan kejamnya pelecehan yang mereka terima. Seorang anak berusia tujuh tahun mengatakan kepada polisi bahwa dia sering dipukuli oleh pemimpin panti Brajesh Thakur. Anak-anak panti menjuluki Thakur sebagai "paman pemburu", atau paman yang membawa cambuk.

Seorang gadis 10 tahun mengatakan saat terbangun di pagi hari ia menemukan pakaiannya berserakan di lantai setelah dibius di malam harinya. Ia juga mengeluh sakit di antara kedua kakinya.

Gadis lain mengaku ditelanjangi, dibawa ke teras, dan dipukuli dengan tongkat. Korban lain menyebut pelaku pelecehan menyiramkan air panas ke tubuhnya untuk memaksanya mengambil obat-obatan yang diduga sebagai obat bius.

Jika korban melawan saat disiksa, maka dia akan kelaparan selama berhari-hari dan akhirnya meminta maaf karena perlawanannya. Menurut pernyataan gadis-gadis itu kepada polisi, beberapa orang dipukuli ketika mencoba menghalangi aksi pemerkosaan.

Saat ini masih belum jelas kapan pelecehan itu terjadi dan sudah berapa lama berlangsung. Tetapi para korban mengatakan kekerasan seksual merupakan hal rutin yang mereka terima selama tinggal di panti. Beberapa orang di antara korban telah tinggal di panti selama tiga tahun. Panti telah ditutup bulan lalu setelah penangkapan.

Pelaku kekerasan tersebut juga termasuk seorang petugas perlindungan anak dan anggota dari departemen kesejahteraan sosial pemerintah.

"Kami sangat yakin bahwa kami memiliki bukti yang cukup untuk mengadili orang yang bersalah. Kami telah mengumpulkan laporan medis yang mengindikasikan kekerasan seksual, kami memiliki kesaksian para korban, " ujar Inspektur senior polisi Muzaffarpur, Harpreet Kaur .

Ia mengatakan struktur tempat penampungan menunjukkan sesuatu yang sangat serius sedang terjadi di sana.

Menurutnya ada tangga dari garasi yang mengarah ke lantai dua, di mana gadis-gadis tinggal. Hal itu mengacu pada upaya untuk menciptakan ruang tersembunyi untuk melakukan tindakan kekerasan seksual. "Sepertinya banyak aturan untuk tempat penampungan anak perempuan yang telah dilanggar di sana," katanya.

Dewan dokter di Perguruan Tinggi Kedokteran Patna dan Rumah Sakit di ibukota negara menegaskan sebagian besar gadis yang tinggal di penampungan telah dilecehkan secara seksual.

"Gadis-gadis ini dikirim ke rumah sakit kami untuk pemeriksaan medis untuk mengetahui apakah mereka mengalami pelecehan seksual. Laporan itu menemukan bahwa semua gadis menjadi sasaran aktivitas seksual," kata kepala rumah sakit, Dokter Rajiv Ranjan Prasad.

Sementara itu, ketegangan di Patna telah meningkat pada tingkat politik, di tengah tuduhan bahwa suami dari menteri kesejahteraan sosial Bihar, Manju Verma, sering mengunjungi panti secara teratur dan ikut serta dalam pelanggaran tersebut. Namun dia menepis tuduhan itu. Ia menyebut tuduhan  itu bermotif politik. Badan investigasi utama India, Biro Investigasi Pusat, akan segera menyelidiki kasus tersebut.

Aktivis mengatakan kejahatan dengan kekerasan terhadap perempuan sedang meningkat di India meskipun undang-undang yang keras diberlakukan setelah pemerkosaan dan pembunuhan pada 2012 terhadap seorang mahasiswa di New Delhi, yang memicu kemarahan internasional. Kasus itu melihat pengadilan "jalur cepat" perlu dibentuk untuk mencegah keterlambatan dalam memperoleh keadilan.

Pertama, Departemen Hukum dan Keadilan mengumumkan pekan lalu bahwa Departemen itu akan mendirikan pengadilan jalur cepat untuk menangani kasus-kasus pemerkosaan anak. "Mengapa tempat penampungan perempuan diawasi oleh laki-laki? Ini harusnya hanya untuk wanita," ujar Direktur Pusat Penelitian Sosial di New Delhi, Ranjana Kumari.

Kepala polisi Kaur mengatakan semua gadis di panti telah dipindahkan ke berbagai rumah perawatan di Bihar. Tetapi polisi belum menemukan keluarga mereka.

Selain ada yang berasal dari Bihar, ada juga korban yang berasal dari negara tetangga Bengal Barat, yang berjarak lebih dari 500 km.

Ia mengatakan tempat berbahaya bukan hanya ada di Bihar, tetapi masih banyak lokasi lain. "Gadis-gadis di rumah semacam itu hampir ditahan dan mereka disiksa oleh kebanyakan pria yang mengawasi mereka, mengunjungi mereka, (ada bahkan) politisi di antara mereka," ujarnya.

Menurut LSM Child Rights and You seorang anak mengalami pelecehan seksual setiap 15 menit di India. Kejahatan terhadap anak di bawah umur telah meningkat lebih dari 500 persen selama dekade terakhir.

Menurut data Biro Catatan Kejahatan Nasional pada 2016, polisi di India menerima 38.947 laporan pemerkosaan dibandingkan dengan hampir 35 ribu pada 2015.

Saat ini korban pemerkosaan di Bihar sedang berupaya pulih dari luka mereka. "Saya mengunjungi gadis-gadis itu, mereka aman sekarang, semangat mereka tidak rusak. Mereka menceritakan kisah-kisah horor mereka kepada saya," ujar Mepala komisi wanita Bihar, Dilmani Mishra.

"Para gadis berkata kepada saya, 'Kami akan mendapatkan pendidikan, kami akan menjadi petugas polisi, perwira tinggi dan kami akan membuat mereka menderita, mereka yang membuat kami menderita'," ujarnya.

Baca: India Sahkan UU Hukuman Mati Bagi Pemerkosa Anak-Anak

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement