Rabu 08 Aug 2018 09:45 WIB

Melihat Beda Kesiapan Jokowi dan Prabowo

Masing-masing kubu telah menunjukkan perkembangannya.

Rep: Fauziah Mursid/Ali Mansur/Amri Amrullah/Febrianto Adi Saputro/ Red: Muhammad Hafil
Persiapan Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019
Foto: republika
Persiapan Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menjelang  berakhirnya pendaftaran capres-cawapres di KPU pada 10 Agustus 2018 mendatang, belum ada satupun dari kubu Jokowi dan Prabowo, dua calon kuat capres, yang  mendaftar. Masing-masing masih belum mengumumkan siapa cawapresnya.

Namun, masing-masing  kubu telah menunjukkan progress atau perkembangannya sebelum pendaftaran. Mulai dari penentuan siapa cawapresnya hingga visi dan misi masing-masing bakal capres yang pernah bertarung pada Pilpres 2014 tersebut.

Republika.co.id mencatat ada beberapa poin persiapan kubu Jokowi dan Prabowo menjelang ditutupnya pendaftaran capres-cawapres. Soal koalisi partai politik (parpol). Kubu Jokowi sudah mapan dengan komposisi sembilan parpol. Yaitu, PDIP, Golkar, PKB, PPP, Nasdem, Hanura, PKPI, PSI, dan Perindo. Kesembilan parpol ini telah resmi bergabung sejak Mei 2018 lalu. 

Pada saat itu, sekretaris jenderal (sekjen) kesembilan partai tersebut dikumpulkan oleh Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung di kantornya. Mereka dikumpulkan karena telah mendeklarasikan diri mendukung Jokowi. 

Baca juga: Tiga Nama di Kantong Jokowi dan Kejutan SBY-Prabowo

Sementara, dari kubu Prabowo, baru Partai Demokrat yang menyatakan berkoalisi dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo sebagai capres. Dukungan ini diberikan saat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu dengan Prabowo Subianto pada Senin (30/7) lalu di kediaman Prabowo, di Kertanegara, Jakarta.

"Ada suatu kehendak dari kedua pihak untuk menjalin suatu sinergi kerja sama yang erat dalam menghadapi keadaan negara yang dalam kesulitan," ujar Prabowo di teras rumahnya didampingi SBY waktu itu.

Sikap Demokrat ini kontras dengan dua partai lainnya yang sejauh ini menjadi mitra Gerindra sejak Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017 lalu. Yaitu, PAN dan PKS. Sejauh ini, PAN dan PKS belum benar-benar secara resmi untuk mengusung Prabowo. Meskipun, sinyal-sinyal dukungan mereka terhadap Prabowo sangat nyata.

Baca juga: Gerindra Belum Deklarasi Prabowo Bukan karena Jokowi

PAN misalnya, baru akan resmi menentukan sikapnya setelah melaksanakan rapat koordinasi nasional (rakornas) pada Rabu (8/8) hari ini. Sementara PKS, bahkan salah satu politikusnya yaitu Direktur Pencapresan PKS Suhud Aliyudin  menyatakan PKS bisa abstain jika tak mendapat jatah cawapres. Meskipun, pernyataannya itu kemudian diklarifikasi bukan sikap partai tetapi pendapat pribadi.

"(Abstain) itu salah satu opsi yang mungkin diambil kalau memang situasinya tidak memungkinan. Tapi itu tergantung pembahasan pimpinan DPP dan Majelis Syuro. Kira-kira sikap resmi PKS itu seperti apa ketika ada nama lain yang diusulkan," kata Suhud, Rabu (1/8).

Selain itu Suhud juga mengungkapkan bahwa PKS sampai saat ini masih menunggu keputusan soal cawapres yang dipilih oleh Prabowo. PKS juga tetap berpegang kepada putusan Majelis Syuro yang mengajukan 9 kader PKS sebagai cawapres.

Sementara dua partai lainnya yang disebut-sebut akan mengusung Prabowo yaitu Partai Berkarya dan PBB, hingga saat ini belum menentukan sikapnya. Belum ada pernyataan resmi partai yang disampaikan kepada publik melalui media.

Cawapres

Sedangkan dari sisi penentuan cawapres, kubu Jokowi melalui sembilan  parpol telah sepakat untuk berhenti membahas soal siapa cawapres pendamping Jokowi sejak tiga hari lalu. Mereka sudah bulat menyerahkan sepenuhnya soal ini kepada Jokowi.

"Kami sudah nggak bicara nama lagi pokoknya, kita berdisiplin yang bicara nama Pak Jokowi," ujar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Ahad (5/8).

Sementara dari kubu Prabowo, belum ada kata sepakat siapa yang akan dipilih menjadi pendamping Prabowo.  Gerindra masih menimbang-nimbang siapa yang akan dipilih menjadi cawapres Prabowo. Sedangkan PKS , menyatakan selama Prabowo belum memilih cawapres, maka masih tetap meminta kadernya yang menjadi cawapres.

Direktur Pencapresan PKS Suhud Aliyudin  mengatakan,  hal itu mengingat kerja sama yang telah dilakukan selama ini antara PKS dan Gerindra. Di sisi lain, PKS meminta Prabowo memprioritaskan rekomendasi ijtima ulama hasil pertemuan Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama.

Baca juga:

Ijtima ulama memunculkan dua nama cawapres bagi Prabowo, yakni Salim Segaf Al Jufri yang menjabat sebagai ketua Dewan Majelis Syura PKS dan Ustaz Abdul Somad. Salim Segaf juga termasuk dalam sembilan nama kader yang diusung. “PKS tetap memperjuangkan aspirasi umat dan ulama dalam menentukan keputusan akhir capres-cawapres,” ujar dia.

Sementara, PAN menyatakan, baru akan memutuskan sikapnya soal cawapres setelah melaksanakan rapat koordinasi nasional (rakornas) pada Rabu (8/8) hari ini. "Kan kalau Rakernas kan harus umumin pasangan ya. Jadi kalau Rakernas besok (hari ini) harus jelas dong siapa yang diputuskan capres dan cawapresnya," kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (7/8).

Sejauh ini, baru Partai Demokrat yang menyatakan sikap menyerahkan soal cawapres kepada Prabowo.  "Saya yakin Pak Prabowo dengan kearifan dengan wisdom dengan pertimbangan yang bijaksana akan memilih siapa nanti yang paling tepat mendampingi," ujar Ketua Umum Partai Demokrat  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) usai bertemu dengan PKS di Gran Melia, Jalan Rasuna Said, Jakarta, Senin (30/7).

Belakangan, keempat partai yang sejauh ini mendukung Prabowo akan bertemu pada Rabu (8/8) hari ini. Hal tersebut dinyatakan oleh Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik.

Kendati demikian dirinya enggan membocorkan di mana pertemuan tersebut akan berlangsung. "Kalau soal tempat kan enggak masalah, dimana saja kan kadang kala Gerindra ke PKS, PKS ke kita atau kita ke PAN atau Kuningan, enggak masalah," ujarnya.

Tim Pemenangan dan Visi-Misi

Kemudian, dari kesiapan tim pemenangan, kubu Jokowi sudah memastikan membentuk tim yang beranggotakan 27 orang. Jumlah itu merupakan perwakilan dari sembilan partai yang mengutus tiga orang politikusnya menjadi tim pemenangan.

"Tiap sekjen membawa tiga orang, yang satu itu untuk diwar room, kemudian satu orang untuk pendalaman visi misi presiden dan satu orang untuk agenda strategis ke depan," ujar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Ahad (5/8).

Sedangkan dari kubu Prabowo, belum ada pernyataan resmi yang menyebutkan telah membentuk tim pemenangan. Keempat partai kubu Prabowo yaitu Gerindra, Demokrat, PAN, dan PKS baru menyepakati akan membentuk tim pemenangan Prabowo.

"Tim pemenangan. Bukan nama, tapi bagaimana strukturnya yang efektif yang bisa menjangkau kemenangan capres-cawapres, termasuk deklarasi capres-cawapres. Inilah hasil yang akan kami laporkan kepada ketua umum partai kami," ujar Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, Rabu (1/8).

Untuk visi dan misi, kubu Jokowi melalui sekjen sembilan parpol telah membahas Program Nawacita Jilid II dengan Jokowi di Istana Bogor, Selasa (31/7) lalu. Sementara, dari kubu Prabowo, belum ada pernyataan resmi yang menyebut mereka telah merumuskan visi dan misi Prabowo jika menjadi presiden. 

Meski sebenarnya, kubu Prabowo yang diwakili Gerindra, PAN, dan PKS, tanpa Demokrat, pada pertegahan Juli lalu telah membahas soal kabinet jika Prabowo terpilih menjadi presiden. Kabinet bakal fokus pada pembenahan ekonomi.

"Ya, kami menyiapkan rancangannya sejak sekarang. Kami ingin kabinet bukan sekadar akomodasi kepentingan," ujar Juru Bicara Tim Pemenangan Partai Gerindra Anggawira saat dihubungi di Jakarta, Selasa (17/7) lalu.

photo
Beda kesiapan Jokowi dan Prabowo.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement