REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menyatakan Islam sangat menentang sistem monopoli yang masih berlaku hingga saat ini. Menurut dia, hal ini sudah ditegaskan dengan jelas oleh Allah di dalam Alquran.
"Alquran sudah menggariskan dengan jelas. 'Saya (Allah) telah membagi rizki itu sesuai dengan kehendaknya dan satu sama lain saling melengkapi dan menyokong. Artinya Islam menetang sistem monopoli. Menentang sistem yang mementingkan satu kelompok saja," ujar Kiai Said saat memberikan sambutan dalam acara Halal bi Halal dan Hari Lahir Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) ke-7 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (9/8).
Karena itu, Kiai Said mengingatkan kepada para pengusaha nahdliyin agar tidak membiarkan kekayaan hanya dimonopoli oleh pengusaha besar saja. Menurut dia, pengusaha nahdliyin harus berupaya agar kekayaan di Indonesia merata.
Ketum PBNU, KH Said Aqil Siroj saat memberikan sambutan dalam acara Halal bi Halal dan Hari Lahir Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) ke-7 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (9/8).
"Jangan sampai kekayaan hanya dimonopoli itu-itu saja. Harus ada pemerataan," ucapnya.
Kiai Said mengungkapkan, sistem yang berjalan saat ini masih mengikuti pasar bebas yang mengandung kezaliman dan ketidakadilan. Karena, saat ini perekonomian masih dimonopoli oleh para konglomerat.
"Faktanya sekarang monopoli masih berjalan walaupun bebas bersaing, tapi bersaing dengan gajah-gajah itu. Jadi tetap saja yang besar-besar akan monopoli pasar. Itu secara kasar seperti itu," katanya.
Dalam acara itu, KH Said juga meluncurkan secara resmi kartu tanda anggota HPN yang diberikan kepada Ketua Umum HPN, Abdul Kholiq. Dia berharap, di usianya yang baru menginjak tujuh tahun ini, HPN bisa memberdayakan pengusaha kecil dan mendukung yang sudah kuat seperti yang disampaikan dewan pembina HPN.
"Semboyan yang disamapaikan beliau adalah pengusaha HPN harus memberdayakan yang kecil dan mendukung yang kuat," jelas Kholiq.