REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan ribu warga korban gempa Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini mengungsi di sejumlah posko usai rumah mereka luluh lantak diterjang gempa berkekuatan 7,0 SR, Ahad (5/8). Hingga kini sudah ada ratusan jiwa korban meninggal dunia dan ribuan luka-luka.
Selasa (7/8) malam lalu, saat relawan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) membagikan konsumsi ke sejumlah kamp pengungsi, banyak warga yang mengeluhkan kedinginan jika malam hari. Hal itu karena mereka kekurangan karpet untuk alas tidur dan selimut untuk menghangatkan tubuh.
Menjawab keluhan tersebut, Rabu (8/8) malam, BMH menebar ratusan selimut dan bantal, juga puluhan karpet ke sejumlah kamp pengungsi.
Menurut Herim, tim relawan posko BMH di desa Sigar Penjalin, Tanjung, Lombok Utara, NTB, bantuan selimut, bantal dan karpet itu didistribusikan di beberapa kamp pengungsi yang membutuhkan. "Salah satu relawan kami, Pak Bimbo adalah orang asli setempat dan sangat berpengaruh. Dia paham betul kondisi di titik-titik pengungsi," kata Herim dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (9/8).
BMH mendistribusikan bantal dan selimut kepada korban gempa NTB.
Ia menambahkan, pengungsi di Lombok Utara termasuk korban gempa paling parah dan jumlah korbannya paling banyak. “BMH berkomitmen menyampaikan amanah donatur untuk mendistribusikan bantuan kepada korban gempa secara tepat," tuturnya.
Sebelumnya, pada siang hari, BMH mendistribusikan logistik ke berbagai posko pengungsi di desa Sigar Penjalin dan membantu mendirikian empat mushala darurat.
Gempa hari Ahad (5/8) merupakan gempa kedua. Usai gempa pertama, Ahad (29/7), BMH sudah menyebarkan relawan dan bantuan logistik di beberapa titik di NTB. Saat ini, selain bantuan ligistik, BMH menyiagakan empat armada ambulance, tim medis dan tim SAR untuk membantu evakuasi korban.