REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyatakan, akan melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan trauma, tidak saja bagi siswa-siswa, tetapi juga guru-guru yang terdampak gempa Lombok. Khusus untuk para guru, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memindahtugaskan sementara ke sekolah-sekolah lain.
"Kita rotasi, diganti guru dari daerah lain. Memang kita sarankan guru-guru yang betul-betul trauma jangan dipaksakan untuk mengajar di sekolah setempat. Jadi harus dirotasi sementara digantikan guru-guru yang lain," kata Muhadjir saat meninjau SDN Obel-Obel 2, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Senin (13/8).
Muhajir mengungkapkan, sejauh ini belum ada rencana untuk merotasi sementara guru-guru yang mengalami trauma untuk mengajar di luar Nusa Tenggara Barat. Artinya, Rotasi hanya akan dilakukan di sekolah-sekolah yang masih berada di Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Akan kita liat nanti kalau nanti ternyata ada guru-guru yang masih trauma betul akan kita alihkan. Sementara yang ada di NTB dulu saja cukup," ujar Muhajir.
Muhadjir juga mengapresiasi tindakan yang diambil oleh guru-guru dari sekolah-sekolah di luar NTB, yang langsung mengambil tindakan untuk membantu sekolah-sekolah terdampak gempa Lombok. Di mana mereka berduyun-duyun datang ke NTB untuk sekedar memotivasi ataupun memberi bantuan lainnya.
"Mereka berduyun-duyun ke sini dalam rangka membantu teman-teman sekolahnya yang kena musibah. Bagus ini dalam rangka membangun solidaritas dan gotong royong bagian dari pembentukan karakter siswa," kata Muhajir.
Pada Senin (14/8) Muhadjir berkeliling Lombok Timur untuk meninjau sekolah-sekolah yang rusak, dan sekolah-sekolah yang dijadikan tempat pengungsian. Sekolah-sekolah yang dikunjungi diantaranya SDN 4 dan 5 Pohgading, SDN 1, 2, dan 3 Obel-Obel, serya SMPN 2 Sambelia.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) terpilih, Sitti Rohmi Djalilah, mengajak seluruh pihak memberikan perhatian yang serius terhadap sektor pendidikan bagi anak-anak korban gempa di Lombok. Dalam beberapa kunjungannya ke lokasi terdampak gempa, baik di Lombok Timur, Lombok Utara, maupun Lombok Barat, Rohmi selalu menanyakan kondisi pendidikan.
"Hampir 606 sekolah rusak akibat gempa. Pendidikan harus terus berjalan," ujar Rohmi di Lombok Utara, NTB, Senin (13/8).
Rohmi yang merupakan pendidik di Universitas Hamzanwadi ini meminta ada sekolah lapangan untuk sementara. Dia menyampaikan, sekolah darurat ini bisa dimanfaatkan hingga infrastruktur pendidikan yang layak terpenuhi.
"Sambil berjalan. Tidak boleh terlalu lama anak tidak sekolah," kata dia.
Rohmi mengajak dunia kampus dan lembaga pendidikan tidak tinggal diam melihat kondisi anak-anak korban gempa. Ia mendorong dunia kampus dan lembaga pendidikan bekerja sama dalam memberikan perhatian untuk pendidikan anak-anak korban gempa.
"Semua bersama-sama, saling bantu dan memberi dukungan untuk sekolah darurat," ucap Rohmi.