REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buah kurma berbentuk lonjong-silinder dengan panjang 3–7 cm dan berdiameter 2–3 cm. Ketika masih muda, warnanya merah cerah hingga kuning terang--tergantung pada jenisnya. Kurma memiliki biji tunggal yang ukuran panjangnya kurang dari 2,5 cm dan ketebalan 6–8 mm.
Berdasarkan teksturnya, buah kurma dikelompokan menjadi tiga golongan utama, yaitu lunak ('Barhee', 'Halaw', 'Khadrawy', 'Medjool'), semi-kering ('Dayri', 'Deglet Noor', 'Zahidi'), dan kering ('Thoory'). Masing-masing tipe itu memiliki kandungan glukosa, fruktosa dan sukrosa yang berbeda-beda.
Karena pengaruh budaya Arab, kurma pun menjadi sajian yang biasa ditemui dalam momen-momen hari besar Islam dan bulan suci Ramadhan. Bahkan, buah ini menjadi bagian dari beberapa sunnah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, semisal tahnik. Cara itu berarti seorang bapak atau ibu mengunyah kurma lalu mengeluarkan dan meletakkan hasil kunyahan itu pada langit-langit mulut bayi, yang sudah mencapai usia boleh mengonsumsi selain air susu ibu (ASI).
Seperti diungkapkan dalam Shahih Bukhari, dari Asma' binti Abu Bakar, bahwa dirinya ketika sedang mengandung Abdullah bin Zubair di Makkah berkata, "Aku keluar dan kehamilanku sempurna 9 bulan, lalu aku datang ke Madinah. Aku turun di Quba' dan aku melahirkan di sana.”
“Kemudian, aku pun mendatangi Rasulullah SAW. Maka beliau menaruh Abdullah bin Zubair di dalam kamarnya, lalu beliau meminta kurma dan mengunyahnya. Kemudian, beliau memasukkan kurma yang sudah lumat itu ke dalam mulut Abdullah bin Zubair.”
“Dan itu adalah makanan yang pertama kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah SAW. (Sesudah) beliau men-tahnik-nya, beliau mendoakannya dan mendoakan keberkahan kepadanya (Abdullah bin Zubair bayi).”
