REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nusa Tenggara Barat (NTB) tercatat sebagai daerah endemis malaria. Pasca rentetan gempa yang mengguncang NTB sejak dua pekan lalu, puluhan ribu warga mengungsi di ribuan titik posko.
Kondisi tersebut semakin rawan seiring dengan susahnya air bersih dan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus), juga lingkungan kemah darurat yang kurang bersih, mengancam timbulnya serangan malaria.
Mengantisipasi hal itu, relawan Baitul Mal Hidayatullah (BMH) dan Tim SAR Hidayatullah menggelar lomba kebersihan antarkemah pengungsi di dusun Cupek, Sigarpenjalin, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Ahad (13/8).
Murdianto, koordinator lapangan kegiatan tersebut, mengatakan hal ini dilakukan untuk memberikan aktivitas ringan dan sekaligus mengedukasi para pengungsi agar termotivasi hidup bersih meskipun dalam keadaan darurat. Sehingga, mereka terbebas dari berbagai penyakit.
"Kami sampaikan kepada pengungsi, ke depannya kegiatan seperti ini akan terus kami lakukan dan kami melaksanakan penilaiansecara diam-diam. Hal ini agar mereka termotivasi untuk menjaga kebersihan," ujarnya kala pembagian hadiah, Senin (13/8) di masjid darurat yang dibangun BMH.

Pos Kesehatan Keliling BMH-IMS.
Kepala BMH NTB, Abdul Kholiq menambahkan, relawan BMH bersama Islamic Medical Services (IMS) BMH terus bergerak memberikan layanan kesehatan. "Kami ada yang stand by di posko sebagian juga ada yang berkeliling, memberikan layanan kesehatan kepada korban gempa," terang Abdul Kholiq melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (14/8).
Adapun untuk anak-anak warga pengungsi, BMH bersama SAR Hidayatullah menggelar acara lomba menggambar. "Ini sederhana, tetapi penting untuk membuat anak-anak gembira bersama, sehingga tidak terlalu dicekam perasaan takut," pungkas Kholiq.*