REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perang antargeng di Melbourne, Australia, kini ditandai dengan meningkatnya serangan bom molotov yang menyasar sosok dari organisasi kriminal. Salah satu yang jadi sasaran serangan adalah mobil diduga milik Mohammed Oueida, sosok kriminal terorganisir keturunan Timur Tengah.
Serangan bom molotov itu terjadi wilayah utara Kota Melbourne, yang banyak dihuni imigran dari kawasan itu. Sumber ABC menyebutkan serangan bom molotov merupakan babak baru dalam kekerasan antargeng terkait dengan perdagangan narkoba.
Oueida, yang tahun lalu juga selamat dari upaya pembunuhan, selamat dari serangan ini tanpa cedera. Namun dua kali serangan bom dalam tiga minggu terakhir menimbulkan kerugian miliaran rupiah.
Serangan terhadap Oueida ini menunjukkan dia bukan hanya menjadi target polisi, tapi juga jadi sasaran kelompok kriminal lainnya. Menurut keterangan polisi, hal inilah yang menyebabkan pria tersebut enggan berlama-lama di Melbourne sejak dibebaskan dari penjara pada Desember 2016.
Para detektif dari Satgas Echo akan menyelidiki apakah serangan kali ini menandai dimulainya kembali perang antara kelompok Oueida dan kelompok Tiba. Kelompok Tiba pernah menjadi sasaran serangan granat pada November tahun lalu.
Pada 13 Juli 2018, dua mobil dan sebuah garasi rumah yang diperkirkan milik Oueida di wilayah Craigieburn, luluh-lantak akibat serangan bom rakitan. Nilai kerugian diperkirakan lebih dari Rp 1 miliar.
Foto-foto yang diperoleh ABC menunjukkan sebuah Mercedes-Benz ML350 4WD dan sedan Holden Commodore hancur terbakar. Tampaknya para penyerang menyalakan beberapa bom molotov, selain di mobil juga di pintu rumah.
Tak sampai tiga minggu kemudian, sebuah mobil BMW juga hancur dan sebuah rumah di wilayah Thomastown rusak parah akibat kobaran api dari garasi rumah. Seorang wanita bersama putri dan dua cucunya dilaporkan selamat.
Plafon di kamar tidur rumah itu runtuh tak lama setelah penghuninya dievakuasi. Nilai kerugian diperkirakan Rp 2 miliar, termasuk rumah tetangga yang ikut terbakar.
Senjata dan narkoba
Penggeledahan polisi terhadap Savio Mansour (19 tahun) diduga menemukan senjata dan narkoba pada pertengahan Juli lalu.
ABC mendapatkan informasi Savio Mansour (19), yang diduga sebagai kaki-tangan tokoh kriminal terorganisir Nabil Maghnie, telah digerebek pihak berwajib. Polisi menemukan senjata, amunisi dan narkoba jenis sabu, ekstasi dan ganja dalam operasi di rumah Savio di wilayah Roxburgh Park 13 Juli lalu.
Kelompok Nabil Maghnie merupakan musuh lain dari kelompok keluarga Tiba. Menurut data Kepolisian Negara Bagian Victoria, dua pertiga dari penembakan non-fatal terjadi di bagian barat laut Melbourne. Kejahatan di wilayah ini umumnya terkait dengan perdagangan narkoba.
Savio telah mendapat perintah larangan kepemilikan senjata beberapa hari sebelum penggerebekan. Nabil Moughnieh, yang telah tertembak setidaknya dua kali, pernah mengemudikan sendiri mobilnya ke rumah sakit dalam keadaan tertembak di kepala pada 2016.
Polisi menjelaskan sebanyak 83 perintah larangan kepemilikan senjata dikeluarkan sejak 31 Juli lalu. Larangan ini, kata sumber di kepolisian, umumnya ditujukan kepada sosok yang diduga ekstremis, anggota geng motor, dan tokoh kriminal terorganisasi keturunan Timur Tengah.
Molotov lawan granat
Polisi menyatakan perang antarkelompok bawah tanah yang marak saat ini di Victoria, yaitu antara kelompok Mohammed Oueida dan kelompok Tiba. Permusuhan kedua kelompok ini umumnya cair dan melibatkan aksi tembak-menembak antara orang-orang yang sebelumnya bersekutu.
Namun sumber ABC itu menjelaskan konflik antargeng ini belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Pada 19 November tahun lalu, seorang ibu dan bayinya selamat dari serangan granat M52 di sebuah rumah yang ditinggali anggota kelompok Tiba.
Sebuah mobil Mercedes yang hancur akibat serangan bom molotov.
Sampai kini belum jelas apakah granat itu dilemparkan anggota kelompok Oueida, atau musuh Tiba lainnya. Dalam persidangan 2011, seorang hakim pernah menyebut Oueida sebagai sosok "Tony Mokbel" yang baru. Mokbel adalah sosok kriminal terkenal di Victoria.
Oueida diduga memiliki simpanan 6 juta dolar AS dalam rekening bank Swiss, pesawat ringan, rumah senilai 2,8 juta dolar AS, mobil Ferrari, dan properti di Lebanon, Kepulauan Solomon, Abu Dhabi dan Pakistan. Polisi yakin orang ini langsung mengendalikan kembali bisnisnya sejak dibebaskan dari penjara.
Dia dicurigai terlibat impor narkoba dalam jumlah besar sejak pembebasannya. Namun sampai kini belum dituntut oleh polisi.
Pada April tahun lalu Oueida ditembak seusai meninggalkan masjid di wilayah Coburg. Dua anggota kelompok Tiba jadi tersangka penembakan itu.
Oueida dikabarkan menghabiskan sebagian besar waktunya di luar Australia sejak itu. Dia diperkirakan banyak berada di Lebanon dan Dubai. Di mata pihak berwajib Australia, kedua tempat ini dipandang sebagai tempat pelarian.
Empat pria Australia ditangkap pihak berwajib Uni Emirat Arab, termasuk dua saudara John Ibrahim, sosok terkenal di Sydney. Mereka kemudian diekstradisi ke Australia terkait dugaan sindikat penyelundupan narkoba internasional.
Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.