Senin 20 Aug 2018 05:04 WIB

Jubir: AS akan Tetap di Irak Selama Diperlukan

Jumlah tentara AS kemungkinan akan dikurangi.

Suasana Kota Mosul, Irak yang dilanda peperangan, Senin, 29 Mei 2017.
Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
Suasana Kota Mosul, Irak yang dilanda peperangan, Senin, 29 Mei 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasukan Amerika Serikat akan tetap berada di Irak selama diperlukan untuk membantu menenangkan daerah, yang sebelumnya dikendalikan ISIS. Demikian disampaikan juru bicara persekutuan internasional pimpinan AS, Ahad (19/8)

"Kami akan mempertahankan keberadaan pasukan di sana sepanjang menurut kami mereka diperlukan. Alasan utamanya adalah, setelah ISIS dikalahkan secara militer,butuh upaya penenangan dan untuk itu, kami perlu berada di sana. Jadi, itu adalah salah satu alasan bahwa kami akan tetap berada di sana," kata Kolonel Sean Ryan dalam jumpa pers di Abu Dhabi.

Namun, juru bicara pasukan sekutu itu, yang memerangi kelompok garis keras, mengatakan, jumlah tentara Amerika kemungkinan diturunkan. Pengurangan itu akan tergantung pada kapan pasukan lain dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) diterjunkan untuk melatih tentara Irak.

Ia mengungkapkan, prajurit AS yang berada di Irak saat ini berjumlah 5.200 orang.

Baca juga, Irak Luncurkan Serangan Udara Terhadap ISIS.

Menteri pertahanan NATO pada Februari setuju untuk memperbesar misi pelatihan dan konsultasi di Irak setelah AS meminta persekutuan tersebut membantu stabilisasi negara itu.

"Kemungkinan akan ada pengurangan, tergantung pada kapan NATO masuk dan membantu pelatihan pasukan," kata Ryan.

Irak menjalani perang tiga tahun melawan ISIS. Baghdad secara resmi mengumumkan kemenangan atas para pegaris keras pada Desember 2017, lima bulan setelah pasukan menguasai kembali benteng-benteng mereka di Mosul.

Amerika Serikat juga memiliki sekitar 2.000 tentara yang ditempatkannya di Suriah.

Tentara tersebut membantu Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi (SDF) membersihkan kantong-kantong yang masih dikuasai ISIS di sepanjang perbatasan dengan Irak.

"Kami mulai melihat banyak kerja sama antara SDF dan ISF (Pasukan Keamanan Irak) karena dulu biasanya mereka hanya akan bergabung dengan koalisi, tapi sekarang, kita lihat mereka telah menjalin kontak satu sama lain," kata Ryan.

Dengan persetujuan Presiden Bashar al-Assad dan koalisi pimpinan Amerika Serikat, militer Irak telah melancarkan serangkaian serangan udara terhadap ISIS di Suriah sejak tahun lalu. Serangan terbaru berlangsung beberapa hari lalu.

Operasi SDF untuk memusnahkan kelompok garis keras di wilayah Suriah mengalami penundaan karena ratusan bahan peledak, yang ditanam oleh ISIS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement