REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/8), dibuka menguat sebesar 63,99 poin seiring bursa saham eksternal.
IHSG dibuka menguat 63,99 poin atau 1,11 persen menjadi 5.847,78. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 13,86 poin atau 1,53 persen menjadi 918,65.
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan mayoritas pergerakan bursa saham yang berada di area positif menjadi salah satu faktor yang mendorong IHSG berada di area positif. "Kondisi bursa saham global yang mulai positif memberikan sentimen positif pada IHSG. Tampaknya pelaku pasar merespons positif kondisi global yang cenderung menguat," kata Reza.
Ia menambahkan kenaikan IHSG itu juga seiring dengan sejumlah harga saham yang telah masuk dalam area jenuh jual (oversold). Di tengah situasi itu pelaku pasar memnfaatkan momentum harga saham yang telah rendah untuk kembali diakumulasi.
Sementara itu, Vice President Research Department, Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan kebijakan Bank Indonesia yang menaikan suku bunga menunjukkan langkah sigap pemerintah dalam menentukan kebijakan ditengah kondisi pergolakan ekonomi dunia. "Diharapkan dapat menjaga situasi perekonomian nasional sehingga dapat menopang pola gerak IHSG hingga beberapa waktu mendatang," kata William Surya Wijaya.
Pasar modal Asia dibuka bervariasi pada Senin (20/8) karena para pedagang mencari petunjuk dari laporan laba, perkembangan dalam perang perdagangan dan pertemuan para gubernur bank sentral di Jackson Hole akhir pekan ini untuk mengukur prospek pasar. Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei turun 72,65 poin (0,33 persen) ke 22.197,73, indeks Hang Seng menguat 118,87 poin (0,44 persen) ke 27.332,28, dan indeks Strait Times menguat 3,88 poin (0,12 persen) ke posisi 3.213,32.
Saham Jepang tidak aktif, sementara ekuitas Korea Selatan naik. Dolar bertahan pada kerugian berkelanjutan pekan lalu, dan hasil Treasury 10-tahun dalam posisi lebih tinggi, seperti dilaporkan Bloomberg, Senin (20/8).
Di tempat lain, pasar Turki ditutup minggu ini. Itu mungkin berarti volume perdagangan yang rendah dan kemungkinan perubahan mata uang yang tajam.