Jumat 24 Aug 2018 13:30 WIB

PBB Soroti Eksodus Massal Warga Venezuela

Venezuela berjuang terhadap hiperinflasi resesi ekonomi.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Ikustrasi krisis Venezuela.
Foto: Reuters
Ikustrasi krisis Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB telah mendesak negara-negara Amerika Latin untuk memudahkan masuknya warga Venezuela yang melarikan diri karena krisis di negara itu.  Seperti dilansir Aljazirah Jumat, (24/8) seruan ini datang setelah Ekuador dan Peru mengumumkan persyaratan masuk yang lebih ketat untuk warga Venezuela.

"Kami mengakui tantangan yang berkembang terkait dengan kedatangan besar-besaran Venezuela. Tetap penting bahwa langkah-langkah baru terus memungkinkan mereka yang membutuhkan perlindungan internasional untuk mengakses keamanan dan mencari suaka," ujar  kepala badan pengungsi PBB Filippo Grandi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan bersama-sama dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi.

Baca juga, Ekonomi Kacau, Warga Venezuela Berama-ramai ke Brasil

Dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro, Venezuela telah berjuang dengan hiperinflasi, resesi ekonomi dan kekurangan barang-barang penting, termasuk makanan dan obat-obatan. Negara ini juga mengalami krisis politik yang membuat sebagian besar negara terpolarisasi.

Menurut PBB, 1,6 juta orang Venezuela telah meninggalkan negara itu sejak 2015. Sebanyak 90 persen di antaranya pergi ke negara-negara di Amerika Selatan.

Pekan ini, Ekuador dan Peru mengatakan, warga Venezuela yang tidak memiliki paspor sah akan ditolak masuk. Kebijakan ini mempengaruhi ratusan ribu orang Venezuela yang sebelumnya diizinkan untuk menyeberang perbatasan dengan kartu ID kertas sebagai gantinya.

PBB memperingatkan, persyaratan paspor baru akan membuat orang-orang memiliki risiko lebih lanjut dari eksploitasi, perdagangan dan kekerasan.

Ekuador baru-baru ini mengumumkan keadaan darurat di tiga negara bagian utara dan telah menyerukan KTT regional untuk membahas eksodus massal. Sekitar 4.200 orang Venezuela tiba di negara itu setiap hari.

Kolombia pada Rabu  menginginkan seorang utusan khusus PBB dan dana darurat multilateral untuk membantu mengelola eksodus massal. Lebih dari satu juta orang telah memasuki Kolombia dalam 16 bulan terakhir.

Kolombia telah memberi 800 ribu dari mereka tempat tinggal sementara. Sebagian besar warga Venezuela  ingin melakukan perjalanan ke Peru, Cile atau bahkan Argentina yang telah menerima lebih dari 30 ribu orang Venezuela.

"Apa yang terjadi di Venezuela adalah gravitasi yang tampak seolah-olah kita sedang mengalami perang yang mengerikan seperti Suriah. Dan ada harapan bahwa hal-hal akan menjadi lebih buruk," tambah Marquez," kata seorang sosiolog di ibukota Venezuela, Caracas, Trino Marquez.

Banyak pemerintah Amerika Latin pada mulanya menyambut para migran dengan tangan terbuka. Ini mengingat peran Venezuela dalam menyambut kediktatoran dan konflik yang terjadi di masa lalu.

Namun eksodus meningkat tahun ini, memperluas layanan sosial, menciptakan lebih banyak kompetisi untuk pekerjaan berketerampilan rendah dan memicu ketakutan akan kerusuhan. Awal pekan ini, penduduk di sebuah kota di Brasil utara mengusir ratusan orang Venezuela kembali ke perbatasan.

"Saya tidak bisa kembali ke negara saya, kami tidak dapat bertahan hidup di sana. Ini bencana dan aku tidak akan kembali selama Nicolas Maduro berkuasa. Kami terdampar," ujar seorang warga Venezuela Ricardo Rondon.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement