REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Beberapa pekan tanpa pelatih kepala, akhirnya Persebaya Surabaya menjatuhkan pilihannya merekrut Djadjang Nurdjaman sebagai juru taktik. Manajemen Persebaya resmi mengumumkan Djadjang sebagai pelatih menggantikan posisi Angel Alfredo Vera yang menyatakan mundur pada awal Agustus lalu.
Djadjang akan bekerja sama dengan asisten Vera yang selama ini menjadi caretaker, Bejo Sugiantoro. Djadjang akan memulai debut laganya bersama Persebaya pada lanjutan Liga 1 2018, pekan ke-21, September mendatang. PS Tira akan menjadi tim yang akan dihadapi skuat Bajul Ijo usai libur Asian Games 2018.
“Ada banyak pelatih yang melamar ke Persebaya. Termasuk Djadjang. Dan kami memilih dia,” ujar manajer Persebaya Candra Wahyudi seperti dikutip dari laman resmi klub, Sabtu (25/8).
Candra mengatakan, sejumlah alasan mengapa Persebaya menjatuhkan pilihannya kepada Djadjang. Menurut dia, Djadjang punya pengalaman. Pelatih 53 tahun itu pun dinilai bisa bekerja sama dengan Bejo yang punya pengaruh pada permainan Persebaya. “Semoga duet Djadjang dan Bejo bisa membawa Persebaya lebih baik dan hasil maksimal di musim ini,” kata dia melanjutkan.
Menengok reputasi Djadjang, sebetulnya pelatih asal Jawa Barat itu memang sudah malang melintang di Liga Indonesia. Nama besarnya kiat mencuat saat membawa Persib Bandung juara ISL 2014. Djadjang pernah membawa Persib sebagai juara Piala Presiden 2015, gelar turnamen sepak bola tertinggi di Tanah Air ketika FIFA membekukan PSSI yang berujung pada vakumnya kompetisi Liga Indonesia.
Namun Djadjang gagal membawa Maung Bandung sebagai juara ISC A 2016 yang menjadi kompetisi sementara Liga Indonesia. Pada 2017, ketika Liga Indonesia kembali digelar, kebersamaan Djadjang dan Persib luntur.
Pada pertengahan musim Liga 1 2017, persinya pada Juli, Djadjang memilih mundur. Djadjang yang punya lisensi kepelatihan AFC A, sempat berlabuh ke PSMS Medan. Bersama Ayam Kinantan, Djadjang berhasil membawa klub asal Sumatra Utara itu menjadi runner-up Liga 2 2017 sekaligus membawa PSMS Medan promosi ke kasta utama, Liga 1 2018.
Akan tetapi kebersamaannya bersama PSMS di Liga 1 2018, juga tak mulus. Awal Juli lalu, manajemen Ayam Kinantan memecat Djadjang karena performa PSMS yang stagnan.
Djadjang sampai tengah musim lalu tak mampu membawa PSMS keluar dari zona degradasi Liga 1. Sampai tutup pekan ke-20 Liga 1, PSMS pun masih berada di dasar klasemen di peringkat ke-18 dengan nilai 19 angka. Posisi yang mengancam PSMS kembali ke kasta kedua Liga 2 2019.
Kini dengan klub barunya, Djadjang pun sebetulnya punya pekerjaan yang berat. Persebaya, kesebelasan yang menjadi rival terberat saat PSMS Medan di Liga 2 2017 itu, dalam performa yang menurun. Tim Bajul Ijo di awal-awal Liga 1 2018, sempat berada di peringkat atas klasemen. Tetapi, kini turun drastis ke peringkat 13. Persebaya baru punya modal 25 angka dari 16 laga Liga 1 yang tersisa musim ini.
Namun Djadjang mengaku optimistis mampu memberikan yang terbaik bagi Persebaya. “Saya senang bisa bergabung bersama Persebaya. Bersama Bejo, saya yakin bisa memberikan yang terbaik untuk Persebaya,” kata dia menegaskan.