REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar kuliah umum (Studium Generale) di Kampus Barat ITB, Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/9). Studium Generale itu mengundang pakar ekonomi kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.
Studium Generale tersebut dibuka oleh Wakil Rektor ITB Bidang Admninistrasi, Alumni dan Komunikasi, Dr Miming Mihardja. “Studium Generale merupakan mata kuliah di ITB. Studium Generale kali ini dihadiri lebih 1.000 mahasiswa dari hampir semua Program Studi di ITB. Ini merupakan jumlah peserta terbanyak dibandingkan Studium Generale yang dilaksanakan pada waktu-waktu sebelumnya, Sejumlah dosen dan guru besar ITB juga hadir dalam kegiatan Studium Generale kali ini,” kata Miming Mihardja.
Ia menambahkan, ITB sengaja mengundang Guru Besar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB , Prof Rokhmin Dahuri untuk memberikan Studium Generale dengan “Pembangunan Ekonomi Kelautan Berbasis Industri 4.0 untuk Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”.
Menurutnya, Prof Rokhmin merupakan tokoh yang mempunyai pengalaman sangat lengkap, baik sebagai guru besar IPB, dosen kehormatan di Korea, Menteri Kelautan dan Perikanan (2001 – 2004), member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen (Jerman), konsultan kelautan sejumlah Pemda, aktivis organisasi kelautan dan perikanan di dalam dan luar negeri, dan sejumlah aktivitas lainnya.
“Materi yang disampaikan oleh Prof Rokhmin sangat penting, sebab mengkombinasikan penguasaan beliau yang sangat lengkap dan mendalam mengenai pembangunan bidang kelautan dan perikanan dengan industri 4.0,” tutur Miming Mihardja.
Studium Generale itu dimoderatori oleh Wakil Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Dr Irsan Soemantri Brodjonegoro. Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin yang juga Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) menjelaskan, Indonesia memiliki potensi pembangunan yang besar dan lengkap untuk menjadi bangsa yang maju, sejahtera dan berdaulat.
“Namun, masih ada sejumlah kendala yang menyebabkan Indonesia belum berhasil memaksimalkan potensi yang besar dan lengkap tersebut,” ujarnya.
Ia lalu mengupas kinerja dan status pembangunan Indonesia, serta sejumlah persoalan yang menyebabkan bangsa Indonesia belum maju, sejahtera dan berdaulat.
Rokhmin juga membagas kunci tren global yang mempengaruhi kinerja pembangunan negara dan kehidupan di abad ke-21, dan revolusi industri 4.0.
Pada inti Studium Generale-nya Rokhmin menguraikan tentang peta jalan kehidupan menuju Indonesia menjadi poros maritim dunia, dan aplikasi industri 4.0 dalam pembangunan kelautan menuju Indonesia poros maritim dunia.
Menurutnya, setidaknya ada 11 sektor ekonomi kelautan yang jika dijalankan dengan baik dan benar, maka akan mendongkrak perekonomian nasional. “Potensinya mencapai Rp 1.338 triliun per tahun, dan dapat menyerap tenaga kerja paling sedikit 45 juta orang atau 40 persen dari total angkatan kerja Indonesia,” ungkapnya
Kesebelas sektor ekonomi kelautan itu adalah: perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan dan pertambangan energi.
Selain itu, partiwisata bahari, perhubungan laut, industri jasa maritim, sumberdaya wilayah pulau kecil, hutan mangrove dan sumber nonkonvensional.