REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Staf Khusus Presiden Bidang Informasi Heru Lelono mengatakan, jangan ada pihak yang mudah membuat kesimpulan atas kasus menyontek massal saat ujian akhir sekolah di SDN Gadel II Surabaya. Jika kesimpulan tersebut salah dapat membuat masalahnya bergeser menjadi persoalan sosial, kata Heru Lelono di Jakarta, Selasa (14/6).
"Sebaiknya jangan ada pihak yang terlalu mudah membuat kesimpulan apabila belum disimpulkan. Kalau kesimpulan tersebut ternyata salah, bisa saja masalahnya bergeser menjadi persoalan sosial," kata Heru Lelono menegaskan.
Untuk itu, kata Heru, perlu ada penelitian atas kasus ini serta mengungkap akar masalahnya. Mengenai tanggapan Presiden, ia mengatakan, Presiden sedang dinas kenegaraan ke Jenewa dan Jepang. "Namun bila mendengar hal ini, saya yakin beliau akan sangat prihatin. Keprihatinan yang wajar karena berkaitan dengan masalah pendidikan dasar," katanya.
Heru Lelono juga mengatakan, jika keterlibatan pihak pendidik terbukti, maka wajar bila diberikan sanksi yang keras sesuai aturan. Di samping itu, katanya, harus pula diungkap motif di belakangnya. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan penanganan kasus ini, sebaiknya ditanyakan kepada Mendiknas sebagai pihak yg berwenang.
"Pendidikan dasar harus menjadi perhatian penting sebagai pembentuk awal karakter seseorang. Kasus ini tidak boleh disederhanakan begitu saja." kata Heru Lelono.
Kejadian itu bermula pada saat salah seorang wali murid sebuah SDN kawasan Tandes Ny. Sia melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerja sama sontek-menyontek dengan menggunakan anaknya (AL) sebagai sumber sontekan ke Dinas Pendidikan pada 1 Juni.
Ny. Sia tidak terima anaknya yang sudah mempersiapkan ujian nasional sebaik-baiknya malah dijadikan sumber sontekan atas saran dan intruksi guru wali kelas untuk selanjutnya didistribusikan ke seluruh siswa kelas 6 pada saat digelarnya ujian nasional, 10-12 Mei 2011.
Doktrinasi pada AL untuk memberi sontekan pada siswa lainnya, kata Ny Sia, dilakukan dengan konsisten. Wali kelasnya mengatakan ke AL bahwa perbuatannya tersebut sebagai bentuk balas budi terhadap guru di sekolah itu dan sekaligus solidaritas kepada siswa-siswa lainnya agar semua siswa lulus.
Mendapati hal itu, Ny Sia menkonfirmasikan kejadian tersebut ke pihak sekolah. Namun, kepala sekolah setempat hanya menyampaikan permohonan maaf. Tidak puas dengan permintaan maaf, Ny. Sia juga melaporkan ke Dinas Pendidikan.
Namun akibat pengaduan itu, warga sempat mendemo rumah AL. Akibatnya Ny. Sia terpaksa pindah ke tempat lain. Namun kabar terakhir menyebutkan Warga Gadel, Kelurahan Karangpoh, Kecamatan Tandes, Kota Surabaya, siap menerima kembali keberadaan Ny Sia.
Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMK) Karangpoh Dwi Siswanto mengatakan warga Gadel mulai melunak setelah pihaknya melakukan koordinasi dengan pengurus LKMK dan tokoh masyarakat setempat. "Intinya keluarga Ny Sia dan keluarga bisa kembali ke rumahnya di Gadel Sari Barat. Sebab, warga siap menerima kembali keluarga Ny Siami," katanya.
Sementara itu Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengisyaratkan akan memerintahkan Ujian Nasional (UN) ulang untuk siswa SDN Gadel II. "Jika terbukti ada kecurangan dalam pelaksanaan ujian, maka pasti akan ada UN ulang, tapi pengulangan itu hanya dilakukan terhadap satu sekolah," ujarnya dalam kunjungan kerja ke Surabaya, Selasa.
Kendati demikian, pihaknya masih akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya serta Provinsi Jawa Timur, sebab kewenangan pelaksanaan UN ulang diserahkan kepada masing - masing kota atau kabupaten.