Sabtu 02 Jul 2011 19:17 WIB

Pengungkap Contek Massal Gagal Masuk SMP Favorit

Rep: C01/ Red: taufik rachman
Siswa SDN Gadel II/577 Surabaya, Alif beserta Ibu nya, Siami saat mengikuti diskusi terbuka di Surabaya, Kamis (16/6).
Foto: Antara/HO-M Risyal Hidayat
Siswa SDN Gadel II/577 Surabaya, Alif beserta Ibu nya, Siami saat mengikuti diskusi terbuka di Surabaya, Kamis (16/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Pelapor kasus contek massal dari SDN Gadel 2 Surabaya, Alif Achmad Maulana ternyata tidak diterima di Sekola Menengah Pertama Negeri (SMPN) favorit di Surabaya yakni SMP Negeri 3. Meski telah mengungkap kasus contek massal, dia tidak akan mendapat rekomendasi untuk masuk sekolah favorit.

“Tidak ada kebijakan tertentu untuk Alif, tidak akan ada rekomendasi, semua diperlakukan sama, “ ujar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Harun, Sabtu (2/7).

Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem online, Alif dengan nomor peserta Ujian Nasional (UN) 1-11-05-01-528-041-8 telah mendaftar dengan memilih dua sekolah. Meski diberikan kesempatan memilih empat sekolah, Alif hanya memilih SMPN 3 sebagai pilihan pertama dan SMPN 26 untuk pilihan kedua. Dengan nilai total UN 27,30 yakni dengan rincian nilai Bahasa Indonesia 9,30, Matematika 8,60, dan IPA 9,40, Alif tidak diterima di SMPN 3 Surabaya.

Di Surabaya, SMPN 3 Surabaya memang termasuk sekolah favorit. Di PPDB 2011 ini, nilai terendah UN untuk dapat diterima di sekolah tersebut mencapai 27,80. Pendaftar dengan nilai tertinggi di SMPN 3 yakni Yusnita Frisca Putri dengan 29,10. Sementara daya tampung siswa di sekolah tersebut mencapai 242 kursi.

Meski demikian, Alif diterima di sekolah pilihan kedua yakni di SMPN 26 Surabaya. Di sekolah ini, Alif menduduki ranking 110 dari daya tampung 117 kursi. Nilai total UN Alif termasuk dalam nilai terendah di SMPN 26 yakni 27,30. Sementara nilai tertinggi di SMPN 26 mencapai 28,40.

Harun mengatakan tidak adanya rekomendasi tersebut telah menjadi kebijakan pemerintah kota Surabaya. Untuk masuk satu sekolah terutama sekolah favorit, harus memiliki standar nilai. “Kalau nilai Alif tidak masuk ya tidak masuk, tidak bisa diubah, “ ujarnya.

Seleksi PPDB, ujarnya, ditetapkan berdasarkan kompetensi siswa yang ditunjukkan dari nilai UN. Pendaftar dengan nilai lebih tinggi akan menggeser pendaftar dengan nilai rendah meskipun lebih dahulu mendaftar. “Kita tidak akan memberikan prioritas. Sepanjang kompetensinya bagus, siswa yang bersangkutan pasti masuk, “ ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement