REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bangunan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Al-Ikhlas yang ambruk di Kampung Tambleg, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten segera dibangun kembali. Pemerintah Kabupaten Lebak telah menyiapkan anggaran dari dana tak terduga APBD Kabupaten Lebak sebesar Rp 75 juta.
Anggaran tersebut akan digunakan untuk membangun satu unit bangunan berukuran 6 x 12 meter untuk dua lokal kelas. “Dananya sudah disetujui. Tidak butuh waktu lama lagi akan kita bangun,” kata Wakil Bupati Lebak, Amir Hamzah kepada Republika, Rabu (5/10).
Pembangunan MDA Al-Ikhlas melalui pantia yang dibentuk oleh kepala desa setempat dengan dibantu masyarakat secara gotong royong. Bangunan MDA Al-Ikhlas yang sebelumnya semi permanen akan dibuat permanan.
Di Lebak, Banten, belajar agama di madrasah dinyiah merupakan suatu kewajiban bagi anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ijazah diniyah ini menjadi salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh siswa saat mendaftar ke sekolah menengah pertama.
Sejak Perda 11 tahun 2005 tentang Wajib Diniyah disahkan, jumlah madrasah diniyah bertambah dari sekitar 300 madrasah menjadi sekitar 1050 madrasah. Perda inisiatif DPRD Kabupaten Lebak ini bertujuan untuk memberikan pelajaran karakter sejak dini dan mempertahankan karakter masyarakat Banten yang religius. “Kita ingin kembali lagi seperti Banten zaman dulu. Mengembalikan karakter orang Banten yang senang ke masjid,” kata Amir.
Namun, kata Amir, upaya untuk membangkitkan pendidikan karakter melalui madrasah diniyah perlu perhatian bersama. Pemerintah Kabupaten Lebak, kata Amin, sudah menganggarkan Rp 2,7 miliar setahun untuk madrasah. “Untuk ukuran APBD Lebak, jumlah tersebut termasuk besar,” kata Amir.
Dana sebesar Rp 2,7 miliar itu sebagian besar untuk insentif guru madrasah sebesar Rp 600 ribu per guru untuk setahun. Sedangkan, untuk pembangunan lokal madrasah hanya sekitar 10 sampai 25 juta per madrasah. Jumlah madrasah yang dibantu pun belum terlalu banyak.
Menurut Amir, perhatian Pemerintah Pusat terhadap madrasah di wilayahnya masih sangat kurang. Amir mengaku pernah berkonsultasi dengan pihak Kementerian Agama untuk memajukan madrasah di Lebak. Namun, tindak lanjut dari konsultasi tidak ada, kalau pun ada bantuan, nilainya sangat kecil sekali.
Kurangnya perhatian dari Pemerintah Pusat terhadap madrasah diniyah, menurut Amir, karena madrasah diniyah masih dianggap sebagai pendidikan luar sekolah yang sifatnya non formal. “Padahal ini soal moralitas bangsa. Justru ini harus ditangkap oleh pusat,” kata Amir.
Amir berharap, pengangkatan guru madrasah menjadi pegawai negeri sipil diperbanyak. Selama ini madrasah diniyah banyak mengandalkan gaji honorer yang nilainya jauh dari cukup. “Masih ada guru madrasah yang gajinya hanya Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per bulan,” ungkap Amir.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Lebak, Hasan Alaydrus, mengatakan, distribusi bantuan untuk madrasah di Lebak tidak jelas. Banyak bantuan untuk madrasah tidak sampai ke bawah. “Keseriusan pemerintah tidak ada,” ungkap Hasan.
Selain itu, kata Hasan, masyarakat, terutama umat Islam harus melek dengan peristiwa ambruknya MDA Al-Ikhlas yang menyebabkan seorang siswanya tewas. Menurutnya, harga diri umat Islam sedang dipertaruhkan. “Kita harus gotong royong untuk membangun dan mengembangkan madrasah,” kata Hasan yang juga ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Banten ini.