REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER---Sungguh mengenaskan. Ketika DPR sedang riuh rendah membicarakan soal aneka fasilitas pendukung seperti TI, toilet, hingga kursi bernilai fantastis hingga miliaran rupiah, puluhan siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Curahlele, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, belajar dengan lesehan di ruang darurat karena atap dua ruang kelas di sekolah setempat ambruk, Selasa (7/2). "Siswa kelas 1, 2, dan 3 terpaksa belajar di ruang perpustakaan, ruang laboratorium, dan teras sekolah karena tiga ruangan kelas tidak bisa ditempati lagi," kata Kepala SDN I Curahlele, Nanik Mulyati.
Atap dua ruangan kelas yang berukuran 8 x 8 meter di SDN I Curahlele ambruk karena kondisi bangunan sudah tua dan rapuh yang dibangun pada tahun 1957, sehingga tiang penyangga bangunan tidak kuat untuk menopang atap ruangan kelas tersebut.
"Satu ruangan kelas sudah tidak memiliki atap karena seluruh atap ambruk dan rata dengan tanah, sedangkan atap satu ruangan lagi kondisinya juga nyaris ambruk dan merembet pada satu ruang kelas yang berada di sampingnya, sehingga tiga ruangan kelas tidak bisa digunakan," paparnya.
Menurut dia, kegiatan belajar harus tetap dilaksanakan dengan keadaan darurat dan tidak menggunakan bangku karena tiga ruangan tidak bisa digunakan lagi. "Jumlah siswa yang belajar dengan lesehan sebanyak 50 siswa dari kelas 1, 2, dan 3. Mereka tidak bisa konsentrasi penuh untuk mengikuti pelajaran karena kondisi ruang darurat yang tidak layak," tuturnya.
Ia berharap Dinas Pendidikan Jember segera memperbaiki ruang kelas yang ambruk, sehingga kegiatan belajar bisa dilakukan lagi di ruang kelas dan siswa tidak perlu belajar dengan lesehan.
Salah seorang siswa Faiqoh mengaku tidak nyaman belajar dengan lesehan karena tidak bisa konsentrasi penuh dan berdesak-desakan dengan teman lainnya. "Kami terpaksa belajar di ruang darurat yang sempit karena tidak ada ruangan lagi yang bisa digunakan untuk kegiatan belajar. Mudah-mudahan ruangan kelas yang ambruk segera diperbaiki," tuturnya.