Jumat 25 May 2012 09:43 WIB

Kemendikbud: NTT tidak Lulus UN Tertinggi

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Hafidz Muftisany
Pengumuman Kelulusan UN (ilustrasi)
Foto: Antara
Pengumuman Kelulusan UN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Kemendikbud mengumumkan ketidaklulusan tertinggi untuk tahun ini, sama seperti tahun sebelumnya, dipegang oleh daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlah siswa di NTT yang tidak lulus sebanyak 1.994 orang. Hal tersebut dipaparkan Mendikbud, Mohammad Nuh, di hadapan wartawan di kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (24/5).

Disebutkan, jumlah ketidaklulusan di NTT sebesar 5,5 persen dari total peserta 36.228 orang. Sementara jumlah kelulusan tertinggi tahun ini diraih oleh provinsi Jawa Timur. Dengan total peserta UN 210.586 orang, hanya 156 atau sekira 0,07 persen peserta yang dinyatakan tidak lulus.

Nuh menjelaskan posisi NTT yang tetap berada di peringkat terakhir tidak mencerminkan provinsi tersebut tidak melakukan perubahan."NTT melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pendidikan namun dia tidak sendirian. Semua daerah juga melakukan peningkatan agar tidak berada di posisi terbelakang," ujar Nuh.

Mantan Menkominfo itu menuturkan peningkatan pada NTT tidak terlepas dari intervensi kebijakan yang dilakukan oleh Kemendikbud. "Kami sudah mengucurkan Rp200-300 miliar untuk melakukan intervensi pendidikan di NTT baik sarana maupun prasarana,"katanya.

Salah satu bukti keberhasilan intervensi terhadap sekolah yang 100 persen tidak lulus tahun lalu dengan melihat kondisi saat ini. Misalnya, SMAN Urei Fasei Papua. "Tahun ini SMAN Urei Fasei berhasil lulus 100 persen dengan rata-rata nilai akhir 7,19," tambahnya.

Tidak hanya SMAN Urei Fasei, empat sekolah lain, yakni SMA Abadi, Jakarta Utara, SMAN 3 Aceh, MA Nurul Ikhlas Jambi, dan SMA LKMD Kian Darat Maluku, yang mendapat intervensi pada 2011, tahun ini berhasil lulus 100 persen. "Kecuali SMA Abadi di Jakarta Utara yang akhirnya ditutup karena tidak mampu mengikuti standar yang kami berikan," kata Nuh.

Secara keseluruhan, lanjutnya, intervensi kebijakan dalam dunia pendidikan memberikan dampak positif bagi hasil UN. "Dampak intervensi kebijakan, rerata nilai UN dan tingkat kelulusan berdasarkan nilai UN murni tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement