YOGYAKARTA--Empat lagi perguruan tinggi swasta (PTS) di Yogyakarta mengalami kolaps karena keuangan yang tidak mencukupi untuk biaya operasional. Bahkan saat ini, PTS itu telah menjual mebeler untuk membayar dosen dan karyawannya.
Hal itu diungkapkan Koordinator Kopertis V Yogyakarta, Prof Budi Santoso Wignyosukarto pada peletakan batu pertama pembangunan Kampus Kebangsaan Unit III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjana Wiyata (FKIP UST) Yogyakarta, Sabtu (17/4). Kampus Kebangsaan Unit III ini dibangun dengan luas bangunan 3.731 meter persegi yang terdiri 24 ruang kuliah dengan beaya Rp 10,397 miliar.
Peletakan batu pertama dihadiri Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa Jendral TNI (Purn) Ki Tyasno Sudharto, Rektor UST Prof Djohar MS, dan tamu undangan lainnya. Pembangunan kampus ini juga diharapkan bisa memberi keuntungan bagi masyarakat sekitar.
"FKIP UST ini berkebalikan dengan kondisi saat ini. Di saat PTS pada berguguran, UST malah membangun gedung baru. Tahun ini ada empat PTS lagi yang sudah mulai menjual mebelernya untuk membayar dosen dan karyawannya," kata Prof Budi Santoso. Namun Budi Santoso enggan untuk menyebutkan keempat PTS yang sudah mengalami kesulitan keuangan. Ia hanya menyebutkan PTS tersebut berada di Yogyakarta bagian selatan.
Penjualan mebeler ini, jelas Budi, karena yayasan yang menaungi PTS tersebut sudah tidak sanggup lagi mengeluarkan biaya operasional. Sehingga PTS ini disarankan untuk merger atau ditutup. Sedangkan tahun 2009, sudah ada lima PTS di Yogyakarta yang terpaksa ditutup. Kelima PTS tersebut adalah ABA, AMIK Yapindo, AMIK Wirasetya, AMIK Aster, dan YDHI.