REPUBLIKA.CO.ID,CAMBRIDGE – Yayasan Matsushita Gobel menjalin kerja sama penelitian dan beasiswa dengan Harvard Law School. “Kerja sama ini sangat penting bagi Indonesia yang masih harus melakukan perbaikan di bidang hukum,” kata Rachmat Gobel, Senin (22/10) waktu Amerika Serikat, seperti dilaporkan wartawan Republika, Nasihin Masha.
Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Gobel dan Prof Martha L Minow, masing-masing selaku ketua yayasan dan dekan. Sekolah hukum ini merupakan bagian dari Universitas Harvard, Massachusetts, Amerika Serikat. Sekolah ini merupakan pendidikan hukum paling bergengsi di Amerika Serikat. Presiden AS Barack Obama dan Mitt Romney, kandidat penantang Obama, merupakan lulusan sekolah hukum tersebut. Michelle Obama juga lulus dari sekolah hukum ini. Foto pasangan itu terpampang di kantin kampus.
Gobel menolak menyebutkan nilai kerja sama berdurasi selama lima tahun tersebut. Beasiswa diberikan kepada mahasiswa S2 dan S3 yang berasal dari Asia Tenggara, terutama dari Indonesia. Selain itu juga bisa diberikan kepada mahasiswa dari AS maupun dari negara Asia lainnya yang tertarik terhadap isu reformasi hukum di Asia. Mereka bisa berasal dari mahasiswa S1, S2, maupun S3. Dana beasiswa itu berasal dari The Matsushita Gobel Foundation Endowed Scholarship Fund and the Matsushita Gobel Foundation Financial Aid Fund. Melalui the Matsushita Gobel Foundation Research Fund, Gobel juga memberikan dana penelitian untuk fakultas maupun untuk mahasiswa dan alumni yang baru lulus. Beasiswa penelitian ini ditujukan untuk tema reformasi hukum di Asia, terutama di Indonesia.
Minow mengatakan, kerja sama ini akan memperluas jaringan Harvard di bidang sistem hukum dan reformasi hukum di Asia. “Ini juga memperkuat komitmen untuk melatih para pengacara dan para pemimpin di Asia Tenggara,” katanya. Adapun Wakil Dekan Prof HLS William Alford mengungkapkan lebih dari 100 tahun lalu ada profesor Harvard yang menjadi penasihat Raja Thailand, Chulalongkorn. “Kerja sama dengan Gobel ini akan mempertajam keterlibatan Harvard secara lebih intensif di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia,” ujarnya.