Kamis 21 Mar 2013 15:16 WIB

Banyak ABK di Bojonegoro Belum Nikmati Pendidikan

Siswa berkebutuhan khusus melaksanakan ujian Nasional tingkat SMA/MA/SMK/SMA-LB di SLB A Pembina Tingkat Nasional, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.Senin (16/4).
Foto: Agung Fatma Putra
Siswa berkebutuhan khusus melaksanakan ujian Nasional tingkat SMA/MA/SMK/SMA-LB di SLB A Pembina Tingkat Nasional, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.Senin (16/4).

REPUBLIKA.CO.ID,BOJONEGORO--Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Pendidikan Khusus Bojonegoro, Jawa Timur, Dasiono mengungkapkan banyak anak berkebutuhan khusus (abk) di wilayahnya yang belum bisa menikmati pendidikan di lembaga pendidikan khusus.

"Jumlah pasti anak berkebutuhan khusus yang belum menikmati pendidikan saya kurang tahu, akan tetap jelas banyak. Penyebabnya kemiskinan dan faktor lokasi lembaga pendidikan khusus yang jauh dari rumah," katanya, Kamis.

Ia mencontohkan, pihaknya pernah menggelar pendidikan khusus insidentil yang diikuti sembilan anak berkebutuhan khusus di sebuah desa di tepian hutan. "Sembilan anak berkebutuhan khusus itu kami peroleh hanya di satu desa. Mereka selama ini belum tertampung di lembaga pendidikan khusus," jelas dia.

Selain itu, ia juga memberikan gambaran, lembaga pendidikan khusus di Kecamatan Sumberrejo mampu menampung sebanyak 162 siswa hanya dari warga di kecamatan setempat. "Padahal belum semua kecamatan di Bojonegoro (28 kecamatan) memiliki lembaga pendidikan khusus," ujarnya.

Ia menyebutkan, sebanyak 16 lembaga pendidikan khusus di wilayahnya mulai SD Luar Biasa (LB), SMP LB dan SMA LB yang saat ini memiliki 562 siswa lokasinya di Kecamaan Kota, Baureno, Sugihwaras, Kedungadem, Sumberrejo, Kanor, Kapas, Ngraho, Kasiman dan Padangan.

"Kesadaran orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk menyekolahkan anaknya saat ini sudah tinggi," paparnya.

Pada kesempatan itu Sudiono juga menyayangkan anggaran Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) hanya berkisar Rp10 juta-Rp15 juta/tahun jauh lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di Jatim, seperti Sidoarjo yang mencapai Rp200 juta/tahun.

"Karena anggaran Porseni selalu kurang kami dengan para guru harus urunan untuk menutup anggaran pelaksanaan Porseni yang berlangsung setiap tahun," jelas dia.

Meskipun anggaran Porseni minim, menurut Sudiono, siswa di lembaga pendidikan khusus di daerahnya mampu berprestasi di antaranya ada yang menjadi juara pantomim di ajang Porseni Pendidikan Khusus tingkat nasional pada 2012.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement