REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berbagai kelompok islam, sekarang marak bermunculan di kampus. Menurut Ketua Umum Yayasan Unisba, Miftah Faridl, mulai banyak mahasiswa yang bergabung dengan organisasi masyarakat (Ormas) Islam di luar organisasi yang sudah mapan seperti, Muhammadiyah, Persis, Nahdlatul Ulama (NU) dan lain-lain.
"Ya. Saya melihat banyak sekali generasi muda bergabung di luar Ormas yang mapan. Jadi, banyak melahirkan kelompok baru," kata Miftah kepada Republika di Bandung, Selasa (23/4).
Menurutnya, kelompok baru ini sulit dipantau dan dilihat. Karena, anggaran dasarnya tidak jelas. Ajaran mereka, banyak ditentukan oleh mursyid atau gurunya.
Tapi, secara umum Miftah melihat ada kelompok-kelompok yang selalu menggap hitam putih segalanya. Hal-hal yang memungkinkan untuk berbeda pendapat, disikapi mereka dengan hitam putih.
Di sisi lain, Miftah melihat ada kelompok yang liberal. Kelompok ini mencoba sesuatu yang sudah mapan dan pasti, malah dianggap sebagai perbedaan pendapat.
Ada juga, kelompok yang mengikuti kecenderungan spiritualisme. Kelompok ini mengikuti gerakan tarekat. Kelompok tarekat ini juga harus tetap dilihat karena, ada tarekat-tarekat yang mengarah pada perdukunan.
Melihat fenomena ini, Miftah menilai dibutuhkan peran dosen untuk mencegah mahasiswa masuk ke kelompok yang salah. Dosen, sekarang tidak hanya memiliki kewajiban untuk mengajar. Melainkan juga harus memiliki peran dalam melihat dan mengantisipasi lahirnya kelompok-kelompok di kampus.
"Karena kasihan, banyak mahasiswa yang mengikuti kelompok tertentu belajarnya telantar. Mereka ditanamkan semangat sesuatu jadi mengganggu kuliah mereka," ujar Miftah.