REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Panitia penyelenggara tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Surabaya mendapati kartu peserta ganda di Kampus B Univeristas Airlangga, Senin (18/6). Hal tersebut diindikasi sebagai tindak penipuan yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Kordinator Lokasi Kampus UNAIR, Bagus Ani Putra mengatakan, ada dua peserta yang terdaftar dengan nomor 3135040042. Peserta pertama bernama Iqbal Nur Syarif dan kedua Syerli Dwi Ariani.
"Namun hanya Iqbal yang terdata sebagai peserta, sedangkan Syerli diduga menggunakan kartu palsu," kata Bagus pada Republika.
Namun, dia mengatakan, Syerli bukanlah pelaku, melainkan korban. Sebab, dia menjelaskan, peserta asal Kabupaten Sumenep itu, menggunakan jasa seseorang untuk mendaftarkan dirinya melalui Bank Mandiri.
Menurut pengakuannya, kata Bagus, Syerli mendatangi bank pukul 17.00, saat hendak tutup. Karena tidak mendapatkan pelayanan, seseorang tidak dia kenal menghampirinya dan menawarkan jasa pembayaran SMBPTN. "Namun bukti pembayarannya tanpa ada validasi dari bank, jadi pihak bank juga dianggap tidak bersalah," ujarnya.
Setelah itu Syerli mendapatkan Kode Akses Pendaftaran (KAP) dan nomor pinnya. Dia pun meminta saudaranya yang berada di Solo, Feby untuk mengupload data dirinya dengan modal KAP dan Pin tersebut.
Tapi saat kartu pendaftaran ditampilkan dilayar komputer, terdapat label CONTOH di kartu tersebut. Namun, Dengan menggunakan program komputer, Feby akhirnya menghapus tanda tersebut, sehingga kartu yang diperolehnya nampak seperti asli.
"Walau Febby diindikasi melakukan pemalsuan, namun secara kronologis, dia dan syerli hanyalah korban," katanya.
Wakil Kepala Humas SMBPTN, Bekti Cahyo Hidayanto mengatakan, pihaknya memang mensosialisasikan kartu simulasi atau contoh bukan dengan nomor urut fiktif. Sayangnya kelemahan itu, justru dijadikan modus untuk melakukan aksi penipuan.
Ke depan, Bekti mengatakan, hal itu akan menjadi masukan bagi instansinya dalam membuat dokumen teknis pencontohan bagi para calon peserta. Dia juga menjelaskan, walau awalnya Syerli diizinkan ikut tes, namun hasil kordinasi panitia menyatakan, dia tidak terdaftar. "Jadi sudah dianggap gagal. Lagipula percuma ikut tes kalau datanya tidak ada," kata Bekti.