REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan segera diberlakukan. MEA awalnya merupakan kesepakatan dari negara-negara Asean yang berusaha menyatukan sisi politik dan pertahanan, kemudian kebudayaan dan ekonomi.
Dari sisi pertahanan, Asean ingin menjadi kawasan yang aman. Demikian pula sisi budayanya, karena kekayaan budaya dan dari sisi ekonomi tidak lain untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN. Termasuk membentuk kawasan ekonomi antarnegara ASEAN yang kuat dan terutama sekali di Indonesia.
Sejak tahun 2008 konstelasi ekonomi sudah berubah, tidak ada lagi negara adidaya. Apalagi seperti kita ketahui, sekarang ini di Amerika dan Eropa masih mengalami krisis ekonomi.
”Kedudukan Indonesia jauh lebih terhormat dari negara-negara Eropa, Amerika dan Negara di Asean lainnya” jelas Ali Sakti, junior Researcher Bank Indonesia saat berbicara di Seminar Ekonomi Syariah dengan tema “Komunitas Kewirausahaan Muslim Menuju MEA 2015”, di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, (UMJ) akhir pekan lalu. Seminar yang di digelar di Aula Pascasarjana UMJ ini digagas Unit Kegiatan Mahasiswa Dakwah Kampus (UKM DK) Ulil Albab UMJ.
Ali Sakti memaparkan, beberapa data yang menjelaskan bahwa prestasi ekonomi Indonesia saat ini sedang baik. Peningkatan GDP Indonesia jauh lebih tinggi dari hutang yang ada, beda sekali dengan negara yang ada di Eropa justru hutang negara mereka jauh lebih tinggi.
Ali menambahkan, produk Indonesia saat ini jauh lebih maju dibandingkan produk luar negeri “Kita punya market dan bonus demografi yang besar, inilah yang menjadi modal besar bangsa Indonesia untuk lebih baik lagi dari segi ekonomi,” katanya, seperti disiarkan humas UMJ kepada ROL, Jumat (13/6).
Oleh karena itu sejalan dengan tema yang diangkat, Ali meminta masyarakat Muslim di Indonesia terutamanya harus berani menjadi pelaku ekonomi dan pelaku wirausaha. “kita harus mencetak pengusaha-pengusaha yang berakhlaq” Pungkas Ali.
Senada juga disampaikan Ihsan Anshori, dosen Fakultas Ekonomi UMJ yang juga menjadi pembicara pada seminar ini. Menurut Ihsan, sebesar apapun seseorang menjalankan bisnisnya kalau tidak mengikuti batasan syariah tidak ada manfaatnya. Selain memberi motivasi kepada peserta, Ihsan juga mengingatkan, dalam membangun usaha jangan dipikirkan modal tetapi kreatifitas yang diutamakan.
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Biro Kemahasiswaan UMJ, Sahrudin Al-Murtala. Sahrudin berharap mahasiswa UMJ dapat berkreatifitas dan mandiri. “Sarjana-sarjana nantinya jangan hanya mengejar untuk menjadi pegawai, tetapi jadilah sarjana yang kreatif dan mandiri agar Indonesia lebih maju lagi”, jelas Sahrudin.