REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berjuang menangkal masuknya gerakan radikal sejak dini. Salah satunya diawali dari masa penerimaan mahasiswa baru.
''Jadi pada saat OSPEK mahasiswa baru akan diminta menandatangani semacam komitmen kebangsaan, sebagai mahasiswa, sebagai warga kampus harus berkomitmen terhadap falsafah bangsa (Pancasila), terhadap Islam yang rahmatan lil ‘alamiin, dan tidak mudah terprovokasi oleh gerakan-gerakan Islam radikal,'' kata Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Sudartono Abdul Hakim, di Jakarta, Selasa (13/8).
Sudartono mengakui hal macam itu dilakukannya untuk menghambat masuknya pergerakan organisasi semacam ISIS maupun kelompok radikal lainnya yang mungkin masuk ke dalam kampus.
''Pertama dengan membangun pengetahuan tentang Islam dan gerakan-gerakan Islam yang benar,'' jelasnya.
Langkah kedua, kata Sudartono, mahasiswa baru UIN Syarif Hidayatullah akan dipagari sejak dini dan diikat dengan komitmen kebangsaan. Ia berharap hal semacam ini bisa mendeteksi dan memagari mahasiswa baru dari paham-paham radikal sejak dini.
Namun demikian ia juga meminta lembaga-lembaga pendidikan untuk menjaga para mahasiswanya dari potensi masuk ke dalam gerakan Islam radikal. ''Tak lupa kami juga mengimbau agar para politisi tidak saling bertentangan karena kekuatan-kekuatan ini akan menjadi amunisi berkembangnya pikiran radikal,'' ujarnya.