REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Departeman Pembangunan Karakter Bangsa Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Dr Mohammad Nasih menilai radikalisme justru cenderung muncul di kalangan terpelajar yang kemudian mengalami semangat baru dalam mempelajari agama.
"Itu adalah orang-orang yang awalnya tidak memahami agama, tidak mengerti agama sama sekali, kemudian mengalami semangat baru, itu yang dianggap sebagai radikal. Itu kan orang-orang yang memiliki semangat baru dalam memahami agama atau puber religi," jelas Nasih, Kamis (9/4).
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia ini juga menjelaskan radikalisasi dalam beragama justru lebih marak terjadi di banyak perguruan tinggi yang tergolong unggulan.
Dia membantah asumsi yang beranggapan radikalisme beragama muncul di kalangan menengah ke bawah. Menurutnya, radikalisme justru muncul di kalangan terpelajar.
"Tidak benar juga terjadi di kalangan menengah ke bawah, justru yang mengalami radikalisasi adalah mahasiswa di beberapa perguruan tinggi excellent, seperti UI, IPB, ITB, dan UGM," papar Nasih.
Nasih juga menjelaskan, justru masyarakat dari kalangan menengah ke bawah banyak yang kuliah di kampus berbasis agama seperti UIN atau IAIN.
Kalangan ini, jelasnya, sejak kecil sudah memahami agama, karena mereka beragama dengan biasa-biasa saja, maka tidak nampak radikalisasinya.