REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar meminta supaya organisasi kemahasiswaan seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) maupun kalangan mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk ikut mengawal pembangunan desa.
Ia mengakui, pemerintah tidak mungkin bisa membangun desa sendirian. Pihaknya menilai, mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan ini dianggap penting untuk mengawal dan mengawasi alokasi dana desa yang diperuntukkan untuk pembangunan desa.
“Termasuk mengawasi alokasi dana desa yang diperuntukkan untuk pembangunan desa,” katanya saat memberikan kuliah umum di kampus ITS Surabaya, dalam rangka Harlah ke-55 PMII, di Kota Surabaya, akhir pekan lalu.
Sehingga, dibutuhkan dukungan dari organisasi kemahasiswaan dan perguruan tinggi untuk membangun desa.
Adapun langkah nyata yang bisa dilakukan Perguruan Tinggi dalam membangun desa menurutnya, yaitu dengan melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna (TTG) untuk kemajuan perekonomian masyarakat desa.
Selain itu, media untuk memberikan penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat desa bisa dilakukan lewat Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Kuliah kerja nyata penting, agar mahasiswa bisa langsung melakukan interaksi langsung dengan masyarakat desa,” katanya.
Pada kesempatan itu, Marwan juga meminta organisasi kemahasiswaan seperti PMII juga ikut mendampingi, memberikan pelatihan terhadap tenaga pendamping untuk mengawal implementasi Undang-Undang Desa.
Sehingga, mahasiswa, organisasi kemahasiswaan, perguruan tinggi dan masyarakat secara umum, bisa melakukan pembinaan secara kontinyu terhadap desa.
“Misalnya mengembangkan produk unggulan yang mempunyai nilai jual tinggi,” ujarnya.