REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Harvard Medical School mengembangkan program penguatan layanan kesehatan jiwa berbasis kearifan budaya. Program ini melibatkan ribuan kader kesehatan jiwa (keswa) yang tersebar di lima Puskesmas di empat kabupaten/kota, Provinsi DIY.
Koordinator program Keswa, Subandi mengatakan, penguatan sistem layanan kesehatan jiwa yang berbasis puskesmas ini merupakan rintisan awal untuk menanggulangi jumlah penyandang gangguan jiwa. Seperti diketahui Yogyakarta menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai daerah yang memiliki penyandang gangguan jiwa berat (skizofrenia). Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2013, Yogyakarta memiliki 16 ribu orang penyandang skizofrenia, dengan prevalensi 4,6 per 1000 penduduk.
Guru Besar Fakultas Psikologi UGM ini mengemukakan, untuk menyelesaikan masalah tersebut, pihaknya juga bekerja sama dengan berbagai profesi di antaranya psikiater, psikolog, dokter, perawat, kader dan keluarga. Adapun penguatan kader keswa, melibatkan kader kesehatan di lima puskesmas. Antara lain, Puskesmas Kalasan Sleman, Puskesma Kasihan 2 Bantul, Puskesma Galur 2 Kulonprogo, Puskesmas Wonosari 2 Gunung Kidul, dan Puskesmas Kota Gede 1 Kota Yogyakarta.
Menurut Subandi, setiap puskesmas memiliki puluhan kader di dusun yang akan dilatih untuk mendeteksi dan menangangi pasien yang memiliki gejala gangguan jiwa. “Para kader ini bisa membantu para psikiater, dokter dan psikolog yang amat terbatas. Sehingga penanganan kesehatan gangguan jiwa ini bisa terintegrasi dengan masyarakat,” katanya, Senin (10/8).
Selama satu bulan, kata Subandi, para kader keswa ini akan dilatih untuk memahami perilaku pasien, gejala yang nampak, metode penanganan, dan pemberian pertolongan pertama pada pasein gangguan jiwa. Subandi mengatakan pendataan kesehatan di Yogyakarta sudah berjalan dengan baik. Sehingga mudah untuk mengetahui jumlah penderita gangguan jiwa. Ia memaparkan, beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena gangguan jiwa. Di antaranya karena mereka tidak mampu mensikapi dan mengatasi persoalan hidup dengan baik.