REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN -- Pemerintah memprioritaskan pembukaan program studi (prodi) baru di bidang teknologi kesehatan pada 2016. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, prodi teknologi kesehatan menjadi prioritas karena bidang tersebut yang menjadi kebutuhan Indonesia saat ini.
Dia memaparkan, prodi yang termasuk dalam teknologi kesehatan antara lain farmasi, tata rontgen dan fisioterapi. Prodi farmasi menjadi salah satu yang diprioritaskan karena saat ini lebih dari 90 persen obat yang dikonsumsi di Indonesia bahan bakunya masih impor.
Nasir berharap, lulusan prodi farmasi ke depan dapat melakukan riset untuk mengembangkan industri obat-obatan di Indonesia. "Target kita di tahun 2018 sudah ada teknologi kesehatan yang dikembangkan di sini," katanya, Selasa (22/3).
Menurut Nasir, riset-riset lainnya di bidang teknologi kesehatan sebenarnya sudah dilakukan peneliti Indonesia. Salah satunya riset teknologi peremajaan tulang dan pemasangan ring jantung. Jika riset tersebut berhasil dikembangkan hingga menjadi industri, kata dia, maka biaya layanan kesehatan di Indonesia akan jauh lebih murah.
"Contohnya pemasangan ring jantung itu biayanya bisa sampai Rp 40 juta. Tapi kalau kita sudah bisa produksi sendiri bisa hanya Rp 6 juta," katanya.